kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri cokelat UMKM dorong penyerapan kakao


Jumat, 22 Mei 2015 / 18:44 WIB
Industri cokelat UMKM dorong penyerapan kakao
ILUSTRASI. 1,000-Swiss-franc banknotes lie in a box at a Swiss bank in Zurich, April 9, 2019. REUTERS/Arnd Wiegmann


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) menyambut baik menjamurnya pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak di industri cokelat di dalam negeri. Pasalnya, perkembangan UMKM ini meningkatnya penyerapan kakao dalam negeri.

Ketua Umum AIKI Pieter Jasman mengatakan, sejak bertumbuhnya industri UMKM dalam negeri yang banyak bergerak di bidang pengolahan cokelat, serapan terhadap industri kakao dalam negeri meningkat. Ia bilang, pada tahun 2014 lalu, serapan keseluruhan produk kakao dalam negeri meningkat 20% berkat menggeliatnya pelaku UMKM yang fokus pada industri cokelat.

Pieter berharap Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) yang diusung pemerintah, dapat meningkatkan konsumsi kakao dalam negeri menjadi 1 kilogram (kg) per kapita per tahun. Demikian juga dengan Negara Tiongkok dan India konsumsi kakaonya mencapai 1 kg per kapita per tahun, maka itu menjadi peluang bagi Indonesia meningkatkan produksi kakao dalam negeri.

"Bila tiga negara ini saja tingkat konsumsi kakaonya mencapai 1 kg per kapita per tahun, maka itu sudah menjadi pasar yang besar," ujar Pieter kepada KONTAN, Jumat (22/5).

Saat ini, lanjut Pieter, konsumsi kakao dalam negeri masih rendah yakni sekitar 0,8 kg per kapita per tahun. Jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata konsumsi cokelat masyarakat Uni Eropa yang mencapai 11 kg per kapita per tahun. Sedangkan di Asia, rata-rata konsumsi kakao baru mencapai 0,8 hingga 1 kg per kapita per tahun.

Pieter mengatakan kebutuhan bahan baku kakao dalam negeri saat ini sekitar 500.000 ton, di mana sekitar 100.000 ton masih diimpor. Ia berharap program pemerintah yang menganggarkan dana sebesar Rp 1,1 triliun untuk mengembangkan perkebunan kakao dalam negeri Indonesia dapat menekan impor bahan baku kakao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×