Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Himpunan Industri Mabel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) memprediksi industri furnitur hanya mampu bertumbuh terbatas, bahkan masih berisiko turun di tengah ketidakpastian permintaan global.
Ketua Umum HIMKI Abdul Sobur menjelaskan, saat ini ada sejumlah katalis positif yang mendukung industri furnitur, di antaranya insentif PPh 21 Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk pekerja industri padat karya termasuk furnitur. Meski, stimulus ini efeknya tak seberapa besar.
Untuk UMKM furnitur, Abdul bilang ada efek positif pada penjualan, terutama pada segmen pekerja penghasil PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak). Ia menyebut daya beli memang cukup terangkat. Namun, itu jelas belum cukup mengimbangi pelemahan permintaan global.
Baca Juga: HIMKI Tolak Aturan Karantina Baru, Dinilai Hambat Ekspor Mebel Nasional
“Dengan asumsi kepesertaan padat karya furnitur (dari total 1,7 juta) dan rata-rata manfaat ratusan ribu per pekerja per bulan, dampak ke permintaan domestik ada tetapi moderat,” papar Abdul kepada Kontan, Jumat (19/9/2025).
Menurutnya, motor utama yang dapat mendorong kinerja industri adalah efisiensi biaya produksi dan pemulihan ekspor.
Sinkronisasi stimulus PPh 21 DTP dengan Kredit Industri Padat Karya (KIPK) yang menawarkan subsidi bunga 5% per tahun dapat menjadi solusi. Abdul menilai, mengaitkan relief gaji dari PPh 21 DTP dan pembaruan mesin dengan KIPK akan menaikkan unit cost sekaligus menjaga daya beli pekerja.
Untuk itu, ia berharap implementasi KIPK, termasuk terkait alur, verifikasi sektor, dan porsi dana pendamping 25% yang reaistis, perlu dipermudah. Pasalnya, hingga kini banyak pelaku UMKM yang kesulitan akses dan pricing kredit demi memenuhi kebutuhan operasional.
Baca Juga: Ekspor Furnitur ke AS Kena Tarif 19%, HIMKI: Buyer Beralih ke Vietnam
Namun secara keseluruhan, penguatan pasar ekspor memegang peran besar. Masalahnya, HIMKI mencatat pada 2024 ekspor furnitur HS 940–9403 naik 3,24% menjadi US$ 1,92 miliar. Namun, pada 2025 lebih beragam. “Sebagian pelaku memasang target flat, tumbuh tipis karena risiko global dan isu tarif negara tujuan,” katanya.
HIMKI memproyeksikan industri furnitur domestik pada 2025 bakal cenderung moderat, dengan range kinerja turun 2% hingga tumbuh 3% secara tahunan, tergantung kinerja kuartal IV nantinya.
Secara keseluruhan, HIMKI menyambut stimulus yang diluncurkan pemerintah demi menggenjot ekonomi. Namun, berbagai penyesuaian dan detail aktivitas pendukung juga penting dilakukan.
“Perpanjangan PPh 21 DTP hingga 2026 memang menjadi bantalan daya beli, tetapi membutuhkan paket komplementer, diplomasi tarif ekspor, insentif efisiensi energi, dan fasilitasi sertifikasi pasar tujuan,” jelas Abdul.
Baca Juga: HIMKI Dukung Deregulasi Impor, Asalkan Tak Rugikan Industri Furnitur Nasional
Selanjutnya: APKAI Minta Perkuat Kelembagaan Petani Demi Sukseskan Program Replanting
Menarik Dibaca: ASTER di Puncak Top Gainers dalam 24 Jam, MYX Terpental ke Top Loser
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News