Reporter: Leni Wandira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri hilir plastik di Indonesia kini menghadapi ancaman serius dengan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin mengintai.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Plastik Indonesia (Aphindo), Henry Chevalier, menegaskan bahwa meskipun saat ini belum terjadi PHK masal, situasi ini bisa memburuk jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan untuk melindungi industri dalam negeri dari dampak buruk impor.
Menurut Henry, utilisasi industri hilir plastik saat ini mengalami penurunan, meski tidak signifikan. Namun sayang, ia belum dapat merincikan berapa besar angka penurunan tersebut.
"Kami belum mengalami PHK secara besar-besaran, namun jika produk-produk plastik impor terus membanjiri pasar dan pemerintah tidak melakukan pencegahan, kami khawatir kondisi ini akan memperburuk situasi dan mengarah pada PHK yang lebih luas," ujar Henry kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Baca Juga: Utilisasi Industri Petrokimia Turun Hingga 50%, Inaplas Bilang Sektor Diambang PHK
Henry mengungkapkan bahwa harga produk plastik lokal jauh lebih mahal dibandingkan produk impor, yang bisa mencapai selisih 30-40% lebih murah. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya bahan baku lokal dan biaya produksi lainnya.
"Biaya bahan baku lokal tinggi, upah kerja juga tinggi, dan biaya perizinan serta regulasi lainnya menambah beban," jelasnya.
APHINDO meminta pemerintah untuk segera mengimplementasikan kebijakan pembatasan impor yang ketat sebagai langkah pencegahan. Ia mengusulkan agar pemerintah menerapkan kebijakan anti dumping atau safeguard untuk produk-produk plastik.
Namun, dia juga mengingatkan tentang potensi balasan dari negara eksportir seperti China, yang dapat mempengaruhi ekspor produk Indonesia ke negara tersebut.
Lebih lanjut, Henry mengkritik lambannya proses pengaturan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang dapat memberi peluang bagi importir untuk terus memasukkan produk dengan harga rendah.
Baca Juga: Impor Plastik Masih Sulit Dibendung
"Pemerintah harus serius dalam membatasi impor produk-produk plastik dan barang jadi lainnya. Jika tidak, industri hilir plastik akan semakin kesulitan," tegasnya.
Aphindo juga menyoroti pentingnya kebijakan yang mendukung industri dalam negeri, seperti pembatasan impor dan pemindahan pintu masuk pelabuhan untuk mengurangi biaya transportasi.
"Kami memerlukan proteksi yang nyata untuk industri lokal, terutama dalam menghadapi persaingan harga yang tidak sehat dari produk impor," tambahnya.
Sebagai solusi jangka panjang, Aphindo berharap pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang mendukung, seperti pengaturan ketat atas impor dan pengurangan biaya produksi lokal.
Jika langkah-langkah tersebut tidak diambil, Aphindo memperkirakan bahwa industri hilir plastik akan menghadapi kesulitan yang signifikan dalam waktu dekat. "Kami berharap pemerintah dapat segera merespons dengan kebijakan yang tepat agar kami bisa bertahan dan melanjutkan operasi dengan stabil," tutupnya.
Selanjutnya: Investasi Rp 1.905,6 Triliun Bisa Kerek Pertumbuhan Ekonomi, Begini Tanggapan DMAS
Menarik Dibaca: Cara Hemat Air Meski Mencuci dengan Mesin Cuci
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News