Reporter: Abdul Wahid Fauzie |
JAKARTA. Krisis yang melanda Amerika membuat negaranya mengamankan pasokan mata uangnya. Sementara itu, pelemahan rupiah terhadap dollar AS mendorong masyarakat Indonesia lebih memilih menahan mata uang Paman Sam tersebut. Otomatis, di sejumlah negara peredaran dollar AS ini sangatlah minim.
Lantaran minimnya mata uang dollar AS ini membuat industri kelabakan. Pasalnya, industri tidak mendapatkan mata uang tersebut padahal mereka mengajukan kredit dollar AS. "Walau kreditnya dalam dollar AS, kami mendapatkan kucurannya dalam mata uang rupiah," tegas Wing Wiryawan, Sekretaris Jenderal Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperlindo), Jumat (7/11)
Terpukulnya industri karena pinjaman tersebut dicairkan dengan nilai tukar alias kurs beli. Sementara jika perusahaan hendak membuka letter of credit (LC) dan melakukan impor barang harus menggunakan kurs jual. "Ini sangat merugikan industri, karena selisih jual dan beli Rp 1.000 per dollar AS," tegasnya.
Menurut Wing, kejadian permohonan kredit ini sudah berlangsung sejak September. Industri perbankan beralasan kejadian ini hanya bersifat sementara dan lantaran stok dollar AS di Indonesia sangat sedikit. "Semua bilang karena tidak ada dollar AS, padahal pas kita beli ternyata ada," tegasnya.
Kejadian ini sangat memberatkan, sebabnya ada sebanyak 70% biaya komponen yang harus diimpornya menggunakan mata uang dollar AS. Asal tahu saja, per tanggal 7 November, nilai tukar rupiah terus melemah. Nilai kurs beli berada dilevel Rp 10.610 sementara kurs jual Rp 11.610.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News