kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri karoseri minta impor truk dan bus bekas dihentikan


Kamis, 22 Maret 2018 / 18:47 WIB
Industri karoseri minta impor truk dan bus bekas dihentikan
ILUSTRASI. Bus karoseri Adi Putro


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri karoseri meminta impor bus dan truk utuh baru maupun bekas distop. Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) meminta industri lokal lebih diutamakan.

Ketua Umum Askarindo Sommy Lumadjeng mengatakan industri dalam negeri sudah bisa membuat karoseri berbagai tipe bus, mini bus, truk dan juga kebutuhan industri lain. "Kami harapkan justru pengadaan karoseri dari pemerintah juga bisa terserap oleh industri lokal," kata Sommy, Kamis (22/3).

Sommy menjelaskan tahun lalu proyek dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP) baru keluar akhir tahun. Sehingga industri lokal sedikit keteteran menghadapi permintaan. "Tahun ini saja belum masuk, pengadaan belom tayang. Kami harap industri juga dikasih waktu yang jelas untuk bisa mengerjakan proyek," katanya.

Secara terpisah, Sekjen Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) T.Y. Subagio menjelaskan kuartal I-2018 kebanyakan proyek yang dikerjakan adalah permintaan tahun lalu. Sementara untuk pesanan tahun ini belum terlihat ada peningkatan. "Tapi kami optimis dengan banyaknya proyek infrastruktur serta pariwisata bisa meningkatkan permintaan," kata Subagio, Kamis (22/3).

Tak hanya domestik, Indonesia menurut Subagio bisa mengekspor. Apalagi negara seperti Fiji dan Afrika sudah pernah diekspor oleh pelaku karoseri dalam negeri. Hanya saja volumenya masih kecil karena masih dirudung beberapa masalah.

Pertama, ada kualitas chassis yang ada di Indonesia harus disesuaikan dengan standar tujuan negara eksor. 

Kedua, dari sisi aftersales, apakah chassis bisa dibantu suplai oleh merek yang ada di negara tujuan ekspor. "Ini kan juga menjadi kendala. Kecuali pembeli tidak persoalkan maka ini jadi tidak masalah," jelas Subagio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×