Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang sumber daya alam, TSE Group menyadari pentingnya berkontribusi dalam upaya untuk atau upaya global untuk mencapai Net Zero Emission.
Sebagai wujud nyata komitmen tersebut, TSE Group menggunakan Science Based Targets initiative (SBTi) sebagai standar untuk menetapkan target net zero emissions. SBTi adalah inisiatif untuk mengembangkan dan mempromosikan metodologi ilmiah dalam rangka menetapkan target emisi sesuai dengan Perjanjian Paris.
Dengan menggunakan SBTi, TSE Group akan menetapkan target emisi dan hal-hal yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C.
Baca Juga: Dikhawatirkan Merugikan Petani, Aspekpir Minta Pemerintah Kaji Bursa CPO
Saat ini, TSE Group akan membangun pembangkit listrik tenaga biogas untuk berkontribusi pada pengurangan gas rumah kaca dengan mencegah pelepasan gas metana ke atmosfer. Kapasita listrik pembangkit ini mencapai 8 MW yang dibangun sampai 2030.
“Kami berencana memanfaatkan listrik dan gas yang dihasilkan dapat digunakan penduduk setempat untuk meningkatkan kualitas hidup,” ujar Luwy.
Direktur Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) IPB, Meika Syahbana Rusli mengatakan, menambahkan bahwa sawit mampu secara signifikan menyerap CO2 yang ada di atmosfer.
Sementara itu, Subkoordinator Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Dwimas Suryanata Nugraha mengatakan, perkebunan sawit tidak bisa dikatakan sepenuhnya penyebab dari kenaikan gas rumah kaca.
Baca Juga: Harga CPO Masih dalam Tren Pelemahan
"Banyak isu yang timbul di masyarakat ini terkait dengan sawit ini salah satu penyebab sawit deforestasi lahan dan penyebab kenaikan emisi gas rumah kaca. Perkebunan kelapa sawit ini tidak bisa juga dikatakan penyebab dari kenaikan gas rumah kaca," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News