kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri keramik belum rasakan efek aturan post border


Senin, 26 Februari 2018 / 19:39 WIB
Industri keramik belum rasakan efek aturan post border
ILUSTRASI. Pabrik keramik PT Arwana Citramulia Tbk ARNA


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) belum merasakan efek aturan Kementerian Perdagangan (Kemdag) yang memasukkan industri keramik dalam aturan pemeriksaan barang yang masuk golongan larangan terbatas (Lartas) dari border ke post border

Elisa Sinaga, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) menjelaskan dampak dalam waktu dekat belum terasa. "Yang jelas impor akan banyak masuk ke Indonesia tetap akan ada," kata Elisa kepada KONTAN, Senin (26/2).

Dengan mulai bergairah sektor properti, tahun Asaki berharap bisnis keramik bisa tumbuh 10% di 2018 ini. Saat ini kebutuhan keramik sekitar 360 juta-370 juta meter persegi (m2).

Meski banyak tantangan, tahun ini Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) bekerjasama dengan Reed Panorama Exhibitions (RPE) kembali menyelenggarakan Keramika 2018, salah satu pameran keramik di Asia Tenggara.

Pada penyelenggaraannya yang ke–7, Keramika 2018 akan menghadirkan beragam produk keramik Indonesia dan industri pendukung dari dalam maupun luar negeri serta teknologi terkini. Keramika 2018 akan diselenggarakan pada 15-18 Maret 2018 di Jakarta Convention Center. "Kami harap tahun ini bisa sukses," kata Elisa.

Meski aturan impor kian mudah pemain dalam negeri masih bisa optimis untuk menjual. Salah satunya, PT Arwana Citra Mulia Tbk. Max Tan, Head of Investor Relation PT Arwana Citramulia Tbk menjelaskan tak hanya pasar domestik, Arwana juga melirik pasar ekspor. Mengingat per September 2017 lalu Arwana mulai mengekspor ke Malaysia. "Orang mengira hanya China yang bisa menguasai pasar tapi tidak berpikiran bahwa kami bisa mengekspor juga. Ini jadi peluang dan tantangan bagi kami ke depan," jelas Max beberapa saat lalu.

Hanya saja, emiten berkode saham ARNA masih bungkam negara mana yang akan dituju selain Malaysia. Hanya saja Max mengaku harga rata-rata jual ekspor lebih tinggi ketimbang domestik. Sehingga marjin labanya lebih menguntungkan bagi perseroan. "Kontribusi penjualan ekspor masih akan kecil tapi potensial untuk dikembangkan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×