Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri komponen otomotif Indonesia diperkirakan belum akan pulih dalam waktu dekat, meski kinerja manufaktur nasional kembali ekspansif pada Oktober 2025.
Gabungan Industri Alat-alat Mobil dan Motor (GIAMM) menilai permintaan dari pabrikan kendaraan, terutama segmen roda empat, masih lemah hingga akhir tahun dan kemungkinan belum membaik pada 2025.
Peluang pasokan komponen untuk kendaraan listrik (EV) pun diperkirakan baru muncul setelah masa insentif impor berakhir.
Baca Juga: GIAMM: Order Komponen Otomotif Belum Menggeliat Meski PMI Oktober Naik
Sekretaris Jenderal GIAMM Rachmat Basuki mengatakan, hingga saat ini belum terlihat tanda-tanda peningkatan pesanan dari pabrikan otomotif.
“Untuk sektor otomotif belum ada tanda-tanda kenaikan order untuk domestik, terutama roda empat. Untuk roda dua dan ekspor cenderung masih stagnan,” ujar Rachmat kepada Kontan.co.id, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, sebagian produsen komponen saat ini masih bergantung pada permintaan suku cadang pengganti (replacement parts) untuk kebutuhan perawatan kendaraan.
“Untuk beberapa perusahaan yang supply replacement part atau penggantian untuk maintenance, kondisi saat ini sangat menolong, selain ekspor,” jelasnya.
Rachmat menuturkan, segmen aftermarket relatif stabil, khususnya untuk komponen fast moving seperti kampas rem, filter, dan oli. Namun, tekanan di pasar roda empat tetap tinggi.
Baca Juga: GIAMM Harap Ambisi Mobil Nasional Bisa Dongkrak Industri Komponen Lokal
“Permintaan aftermarket relatif stabil dan kebanyakan untuk parts fast moving. Tantangan utama masih sama seperti tiga tahun lalu, yaitu terus menurunnya pasar domestik, terutama roda empat,” ujarnya.
Ia menambahkan, pasar komponen otomotif domestik masih mendominasi sekitar 70% dari total penjualan, sementara ekspor berkontribusi sekitar 30%.
Dari sisi prospek, GIAMM memperkirakan kinerja industri komponen masih tertekan tahun ini dibanding 2024.
“Proyeksi sampai akhir tahun dibanding tahun lalu masih turun, untuk roda empat kemungkinan 10%, roda dua mungkin turun 1%,” ungkap Rachmat.
Sementara peluang dari tren elektrifikasi kendaraan dinilai belum akan signifikan pada 2025, mengingat industri komponen lokal masih bersaing ketat dengan produk impor.
“Untuk peluang supply ke EV bisa jadi bukan di tahun 2025. Mudah-mudahan setelah insentif impor selesai, baru ada peluang, meskipun kecil,” tuturnya.
Baca Juga: Honda Siap Produksi Mobil Listrik Lokal di Indonesia, Target Sebelum 2030
GIAMM berharap pemerintah dapat memperkuat rantai pasok komponen lokal, terutama setelah berakhirnya masa insentif impor kendaraan listrik dan meningkatnya kapasitas industri dalam negeri.
Selanjutnya: Inflasi Tahunan Tertinggi Dalam 17 Bulan, Inflasi Bulanan Tertinggi Dalam 5 Tahun
Menarik Dibaca: 5 Zodiak Istri Idaman, Sosoknya Penuh Cinta dan Sangat Setia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













