kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.520   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Industri Kosmetik Lokal Tertekan, PPAK Dorong Penggunaan Bahan Baku Dalam Negeri


Minggu, 11 Mei 2025 / 07:00 WIB
Industri Kosmetik Lokal Tertekan, PPAK Dorong Penggunaan Bahan Baku Dalam Negeri
ILUSTRASI. Pengunjung memilih bulu mata palsu dalam pameran Jakarta X Beauty di JCC Senayan, Jakarta, Jumat (6/12/2024). Pameran produk kecantikan yang diikuti lebih dari 400 merek kecantikan kenamaan itu menyajikan berbagai program edukatif untuk pengunjung seperti talk show, makeup class, hingga sesi konsultasi kesehatan kulit yang digelar 5–8 Desember 2024. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Perkumpulan Produsen Kosmetika Indonesia (PPAK) menyampaikan bahwa industri kosmetik lokal saat ini tengah menghadapi berbagai tantangan.

Penurunan penjualan menjadi salah satu isu utama, seiring semakin banyaknya konsumen yang beralih ke produk-produk kosmetik merek luar negeri.

Ketua Umum PPAK Solihin Sofian menjelaskan bahwa para pelaku usaha kosmetik lokal telah mengambil sejumlah langkah strategis untuk mengembalikan minat konsumen sekaligus meningkatkan daya saing produk dalam negeri.

Baca Juga: Bersaing dengan Merek Luar, Ini Sederet Tantangan Industri Kosmetik Indonesia

Salah satu strategi yang diandalkan adalah beralih ke penggunaan bahan baku lokal yang berasal dari kekayaan alam Indonesia.

Menurut Solihin, langkah ini tidak hanya bertujuan meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), tetapi juga diharapkan mampu menekan biaya logistik dan produksi yang selama ini bergantung pada bahan impor.

“Kami telah menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mengeksplorasi potensi bahan baku lokal yang bisa digunakan dalam industri kosmetik,” kata Solihin kepada Kontan.co.id, Sabtu (10/5).

Namun, ia mengakui bahwa peralihan ke bahan lokal membutuhkan upaya besar. Salah satu tantangan utama adalah persepsi konsumen yang masih cenderung memfavoritkan produk dengan bahan dari luar negeri, khususnya dari Korea Selatan, Jepang, dan negara Barat lainnya.

“Sebagai contoh, kami ingin mempopulerkan bengkoang sebagai bahan pencerah alami (whitening agent). Namun, banyak konsumen masih menganggapnya terlalu tradisional. Mereka lebih tertarik pada bahan aktif yang diidentikkan dengan tren kosmetik dari luar negeri,” jelasnya.

Baca Juga: MS GLOW for Men Kolaborasi dengan Alfamart guna Perluas Distribusi Penjualan

Padahal, lanjut Solihin, kekayaan hayati Indonesia memiliki potensi besar untuk diolah menjadi bahan kosmetik berkualitas tinggi sekaligus merepresentasikan identitas lokal di pasar global.

Selain mendorong penggunaan bahan lokal, pelaku industri kosmetik dalam negeri juga aktif mengusung nilai tambah melalui pendekatan halal.

Tagline “Kosmetik Halal” kini menjadi salah satu strategi branding yang diandalkan oleh produsen lokal untuk membedakan diri dari produk luar.

“Kalau cari yang murah bisa ke China, inovasi ke Korea, teknologi ke Eropa atau Jepang. Tapi kalau bicara soal kosmetik halal, maka kiblatnya harus Indonesia. Apalagi jika kita gunakan bahan alam asli Indonesia, proses sertifikasi halal jauh lebih mudah,” pungkas Solihin.

Selanjutnya: Saham Bank Blue Chip Tren Naik, Saatnya Beli, Jual Atau Tahan?

Menarik Dibaca: Perhatikan Ciri-Ciri Kolesterol Naik yang Jarang Disadari Berikut Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×