Reporter: Filemon Agung | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam beberapa waktu terakhir berpotensi ikut mengerek biaya produksi industri alas kaki nasional.
Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah sebenarnya membuka peluang untuk industri alas kaki yang berorientasikan pasar ekspor.
Meski demikian, industri dalam negeri berpotensi mengalami tekanan akibat kenaikan biaya bahan baku.
Baca Juga: Belum ada Kepastian, Pelaku Usaha Soroti Nasib HGBT pada 2025
"Kondisi ini jelek dan rugi untuk domestik. Order saat ini stagnan dan komponen bahan baku dari impor masih sangat tinggi," ungkap Eddy kepada Kontan, Minggu (5/1).
Eddy menjelaskan, kebutuhan bahan baku yang harus dipenuhi dari impor untuk produksi alas kaki mencapai 50%.
"Ada potensi kenaikan biaya 2% hanya dari bahan baku saja," sambung Eddy.
Dengan kondisi order yang masih stagnan, industri alas kaki pun harus menguatkan strategi pemasaran baik domestik dan ekspor. Di sisi lain, Eddy menilai seluruh negara kini menghadapi situasi ekonomi yang kurang baik.
Baca Juga: Menakar Sektor Industri yang Tekor dan Tumbuh Mekar
Selanjutnya: MK Tolak Gugatan, Ada Potensi Ormas Keagamaan Penerima Tambang Bertambah
Menarik Dibaca: Kejatuhan Pasar Global Terjadi, Robert Kiyosaki Minta Pegang 3 Aset Investasi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News