kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Layar Kontribusi ke Perekonomian Indonesia, Ini Tantangannya


Kamis, 08 Februari 2024 / 16:34 WIB
Industri Layar Kontribusi ke Perekonomian Indonesia, Ini Tantangannya
ILUSTRASI. Pengunjung memasuki studio untuk menonton film Indonesia Buya Hamka di Cinema XXI Mal Kota Kasablanka, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani

KONTAN.CO.ID - Kajian PwC Indonesia bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Budaya Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menunjukkan, industri layar Indonesia akan terus berkembang dan memberi dampak positif pada perekonomian tanah air.

Denny Irawan, Head of Research and Economics at PwC Indonesia, mengatakan, industri layar Indonesia diperkirakan tumbuh dengan tingkat compound annual growth rate (CAGR) sebesar 6,13% sepanjang 2023 sampai 2027.

Total pendapatan kecuali dari produksi iklan untuk bioskop, online curated content (OCC), dan televisi mencapai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 20,7 triliun pada 2022 dan tumbuh menjadi US$ 1,8 miliar atau Rp 28 triliun di 2027 mendatang.

"Secara spesifik, bioskop dan OCC diperkirakan akan terus berkembang pesat," kata Denny dalam paparan Laporan Dampak Ekonomi Industri Layar di Indonesia (Kolaborasi Netflix bersama LPEM FEB dan PwC Indonesia, beberapa hari lalu.

"Pendapatan bioskop diperkirakan tumbuh dengan CAGR sebesar 15,09% pada 2023 sampai 2027. Sedangkan pendapatan TV tetap stabil dengan CAGR sebesar 0,39%," ujar dia.

Baca Juga: Perkuat Ekspansi, Cinema XXI (CNMA) Buka Bioskop Baru Berkapasitas Besar di Bandung

Denny menambahkan, industri layar tanah air mampu menghasilkan tingkat produktivitas tertinggi dalam ekonomi kreatif Indonesia. Karena itulah, industri layar mampu menyumbang nilai tambah bruto sebesar US$ 7,8 miliar atau Rp 125 triliun terhadap perekonomian Indonesia tahun 2020.

"Setara 11% dari total ekonomi kreatif dan 0,82% PDB," tambahnya.

Pada 2022, menurut Denny, industri layar di Indonesia memberi nilai tambah bruto ke perekonomian sebesar US$ 8,2 miliar atau Rp 130 triliun dan mampu menciptakan 387.000 lapangan kerja.

Setiap tambahan investasi sebesar Rp 1 trilun, Denny menganalisis, industri layar mampu menghasilkan output Rp 1, 43 triliun atau US$ 900 juta, serta nilai tambah ke PDB US$ 560 juta atau Rp 892 miliar dan 4.300 lapangan kerja baru.

Kendati potensinya terus berkembang, Denny mencatat, masih ada tantangan yang dihadapi pelaku industri layar tanah air. Seperti kurangnya definisi dan ruang lingkup industri layar yang diakui secara umum.

Bagi Denny, ini mampu menghambat upaya pengumpulan data serta membatasi upaya pengukuran output dan produktivitas di setiap aspek rantai nilai secara detil.

Baca Juga: Graha Layar Prima (BLTZ) Catatkan Pendapatan Segmen Bioskop Rp 497,1 Miliar

Selain itu, keterbatasan tenaga kerja dan kurangnya keterampilan mampu menghambat kuantitas dan kualitas industri ini. Keterbatasan infrastruktur dan lemahnya penegakan undang-undang hak cipta, serta keterbatasan pendanaan untuk proyek film independen turut menjadi kendala industri layar berkembang.

Yulia Evina Bhara, produser film sekaligus pendiri rumah produksi film KawanKawan Media, menyebutkan, untuk bisa menghasilkan produk kreatif pelaku industri film terbilang kuat dan kreatif dalam menciptakan karyanya.

Hanya saja, sampai saat ini, Yulia bilang, kendala insentif menjadi hal yang tak terelakkan. Salah satu insentif yang dibutuhkan adalah insentif produksi.

"Insentif produksi setiap film tentu berbeda-beda. Tetapi, setidaknya dibutuhkan sekitar US$ 1 sampai 2 miliar," sebutnya kepada KONTAN.

Dengan kendala yang dihadapi para pelaku industri layar, khususnya pelaku film tanah air, Yulia berharap lebih banyak kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memajukan industri layar, khususnya film.

"Industri film terus bergerak, dan kami tidak bisa sendiri karena itu butuh kolaborasi untuk mengembangkan industri film," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×