kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri manufaktur berpotensi tertekan akibat wabah corona


Minggu, 22 Maret 2020 / 15:36 WIB
Industri manufaktur berpotensi tertekan akibat wabah corona
ILUSTRASI. ika.puspitasari Direktur Industri Kimia Hulu, Fridy Juwono AKIDA: Target Pertumbuhan Industri Kimia Dasar 5% Tahun Ini


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak yang terasa pada industri manufaktur cenderung berbeda-beda akibat wabah corona atau covid-19. Namun ditengarai proyeksi pertumbuhan tahun ini masih konservatif.

Fridy Juwono, Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian mengatakan dari sektor kimia, wabah ini mengakibatkan permintaan yang tinggi di beberapa bahan kimia pendukung, misalnya etanol. Dengan industri lokal yang mampu memproduksi melebihi kebutuhan, maka importasi produk tersebut harusnya tidak diperlukan.

Baca Juga: Prospek industri perkapalan negatif akibat pandemi korona

Hal ini menjadi keuntungan bagi industri tersebut dengan penyerapan maksimal produksi lokal oleh pasaran. Namun ada beberapa produk kimia yang masih mengandalkan bahan baku impor, contohnya bahan pendukung untuk pestisida.

"Selama ini impor bahan baku tersebut dari China, kalau situasi masih seperti ini tentu cari alternatif negara lain," terang Fridy kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3).

Kondisi yang tidak seimbang ini berpeluang menggerus pertumbuhan industri kimia secara umum. Di tahun lalu pertumbuhan industri kimia diperkirakan mencapai 6% dibandingkan tahun sebelumnya.

Untuk tahun ini Fridy bilang pemerintah masih tetap menggenjot sektor tersebut, apalagi setelah banyaknya investasi di sektor hulunya beberapa waktu yang lalu.

Sebut saja ekspansi dari kilang petrokimia Chandra Asri dari dalam negeri maupun investor luar seperti Lotte Chemical yang juga tengahh berencana menambah pabrikan.

Untuk itu sampai akhir tahun ini Kemenperin masih optimistis kenaikan pertumbuhan kimia di tahun ini bisa sama seperti tahun lalu kisaran 6%.

Dari segi produksi, Rizal Rakhman, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan lini produksi tekstil dan garmen masih terus bekerja. Pengurangan aktivitas kerja tak dimungkinkan lantaran mesin produksi harus terus berproduksi.

"Untuk manufaktur kami berjalan normal karena memang mesin tidak bisa WFH, langkah pencegahan penyebaran kami lakukan di pabrik," ujar Rizal kepada Kontan.co.id.

Hal senada juga disampaikan Asosiasi Produsen Serat Dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) bahwa industri mengupayakan mitigasi penyebaran virus ini.

Sehingga saat ini pabrikan masih bisa menjalankan operasional produksi seperti biasa tanpa hambatan. Prama Yudha Amdan, Executive Member of APSyFI mengatakan selain kebijakan pemerintah menekan laju penyebaran virus yang patut diapresiasi, industri mengusulkan agar kebijakan lanjutan harus seimbang antara mengukur dampak sosial dan perekonomian.

Baca Juga: Topang sektor perikanan, pemerintah genjot kapasitas industri perkapalan

"Kami berharap adanya sinergi terutama di sektor manufaktur yang merupakan tulang punggung perekonomian. Sepanjang pelaku usaha melakukan mitigasi," katanya kepada Kontan.co.id.

Asosiasi juga mengkritik keras langkah relaksasi impor sektor TPT yang diupayakan sejumlah pihak. ApSyFI mengusulkan agar insentif diberikan kepada produsen dalam negeri sebagai stimulus peningkatan aktivitas produksi yang secara langsung akan menggerakkan rantai perekonomian.

Insentif dapat berupa penghapusan PPN sementara dari hulu ke hilir ITPT untuk mendorong peningkatan produksi dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×