kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri manufaktur melemah, konsumsi listrik menurun


Senin, 21 Oktober 2019 / 17:34 WIB
Industri manufaktur melemah, konsumsi listrik menurun


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

Sementara itu produsen semen, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) menyebut konsumsi listrik cenderung stabil. Sekretaris Perusahaan INTP Antonius Marcos mengatakan, memang ada pabrikan milik perusahaan di Citereup selain menggunakan energi dari PLN juga ada pembangkit listrik sendiri yang menggunakan natural gas.

"Sedangkan di pabrik kami di Tarjun menggunakan batubara karena listrik PLN belum masuk di sana," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (21/4). Di tengah lesunya permintaan pasar semen domestik saat ini, INTP harus menggenjot efisiensi.

Sampai September 2019, volume penjualan INTP menurun 1,9%, dan perusahaan masih mengejar volume penjualan 18,1 juta ton sampai akhir tahun nanti. Kapasitas terpasang INTP mencapai 24,9 juta ton per tahun dengan utilitas kisaran 75%-80%.

Baca Juga: Gawat! 19 Proyek Energi Baru Terbarukan (EBT) Mangkrak Karena Tidak Dilirik Investor

Hingga September 2019, INTP telah menjual 12,8 juta ton semen. Penurunan sepanjang 2019 ini, menurut Antonius,  tidak lepas dari adanya momentum pemilihan umum (pemilu), di mana konsumen masih menahan diri membeli semen.

Antonius optimistis penjualan semen di 2019 akan kembali bergairah. Sebab, kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) dinilai akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat terhadap belanja properti.

Sedangkan bagi industri tekstil, PT Pan Brothers Tbk (PBRX) konsumsi listrik memang dirasakan lebih hemat lantaran sudah memulai efisiensi di beberapa pabrik. Salah satunya dengan penguatan otomatisasi dan digitalisasi di lini produksi.

"Mesin-mesin baru memang semakin hemat energi dan lebih efisien pemakaian listriknya," terang Iswar Deni, Sekretaris Perusahaan PBRX kepada Kontan.co.id, Senin (21/10). Sayangnya, ia tidak menerangkan lebih lanjut besaran penghematan yang dilakukan, namun diketahui PBRX menggelontorkan dana hingga US$ 12 juta di tahun ini untuk upgrade mesin dan penambahan kapasitas.

Diharapkan sampai akhir tahun ini, PBRX bakal mencapai kapasitas produksi 116 juta potong pakaian dalam setahun. Sebagai informasi, per Juni 2019, ekspor PBRX mencakup 93,9%  dari total penjualan.

Sementara sisanya dari penjualan lokal. Posisi pelanggan dengan persentase pesanan terbanyak diduduki Uniqlo, yakni sebesar 22%. Disusul Adidas Sourcing Ltd 13% dan The North Face 12%.

Hingga akhir tahun ini, PBRX juga optimistis laba besih dapat tumbuh 10%-15% secara tahunan dari realisasi 2018 yang sebesar US$ 16,3 juta. Pada paruh pertama tahun ini, laba besih PBRX sudah mencapai US$ 8,5 juta.

Baca Juga: 19 proyek EBT kesulitan pendanaan, ESDM: Kami terus dorong

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×