Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mebel dan kerajinan punya kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi ekspor, penciptaan lapangan kerja, maupun pengembangan usaha kecil menengah (UKM).
Untuk itu, diperlukan upaya dari pelaku industri dan juga pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sektor ini tumbuh berkelanjutan. Apalagi, Indonesia punya keunggulan besar di sektor ini karena ketersediaan bahan baku melimpah, yang kualitasnya sulit ditandingi negara-negara subtropis.
Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) saat ini berupaya mendorong perluasan pasar, baik ekspor maupun pasar dalam negeri. Walaupun tantangan ekonomi global berat, asosiasi ini masih berharap ekspor mebel dan kerajinan Indonesia bisa tumbuh.
Ketua Umum Asmindo, Dedy Rochimat, mengatakan pihaknya menargetkan ekspor tahun ini bisa meningkat menjadi sekitar US$ 2,5 miliar, meningkat dari US$ 2,2 miliar tahun 2024. “Pada kuartal II-2025, ekspor sudah tumbuh sekitar 7% dibanding periode yang sama tahun lalu,” kata Dedy, Rabu (17/9).
Baca Juga: Industri Mebel dan Kerajinan Penuh Tantangan Meski PMI Manufaktur Kembali Ekspansi
Sementara itu, Wakil Ketua Asmindo, Anne Patricia Sutanto mengatakan perluasan pasar domestik juga terus diperkuat. Menurutnya, program pemerintah yang fokus mendorong perumahan rakyat akan membawa dampak positif terhadap pasar mebel dan kerajian di dalam negeri.
Salah satu upaya Asmindo melakukan perluasan pasar adalah dengan menggelar pameran furnitur, desain interior, dan kriya, IFFINA+ 2025, di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City selama periode 17-20 September 2025. Pameran ini dihelat dengan menggandeng PT Mahala Imaji Kreasi.
IFFINA+ 2025 menghadirkan lebih dari 150 brand lokal dan internasional, 25 desainer, 25 komunitas, serta 30 institusi. Pameran ini juga menggandeng Eugenio Hendro sebagai Creative Director dan menghadirkan Board of Curators yang terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh, di antaranya Diana Nazir, Eric Luwia, dan William Simiadi.
Sejumlah nama besar dan talenta muda seperti Ivan Nauval, Bayu Edward, Givan, hingga Wilsen Willim turut tampil dengan karya yang memadukan teknik tradisional dan pendekatan kontemporer, sekaligus menegaskan pentingnya keberlanjutan dalam desain.
Baca Juga: Trump Mau Pasang Tarif Impor Furnitur, Bagaimana Nasib Mebel dan Kerajinan Indonesia?
Selain pameran utama, IFFINA+ 2025 menghadirkan rangkaian program unggulan yang dirancang untuk memberikan pengalaman imersif. Pertama, Talks+ yang menjadi forum diskusi dengan pembicara terkurasi yang membahas tren furnitur global, inovasi material, hingga isu keberlanjutan.
Kedua, Immersive Expo yang menampilkan area tematik mulai dari furniture, furnishing and craft, kitchen and bathroom, hingga produk internasional. Ketiga, Youth+ Project memberi ruang bagi sekolah, universitas, dan desainer muda untuk memamerkan karya mereka. Community+ menjadi ajang networking yang mempertemukan buyer, exhibitor, desainer, hingga akademisi.
Keempat, Homeliving Festival by JKTGo menghadirkan produk homeware, dekorasi, dan karya kreatif lokal yang dapat langsung dibeli pengunjung, sekaligus memperluas audiens pameran ke segmen masyarakat umum.
Menurut Dedy Rochimat, IFFINA+ 2025 bukan hanya pameran, tetapi juga motor penggerak ekosistem industri furnitur dan kerajinan nasional. Jika tahun 2024, IFFINA+ berhasil menjaring 12.000 pengunjung 41 negara, tahun ini ditargetkan bisa lebih tinggi lagi. IFFINA+ 2025 terbuka gratis untuk publik.
Dukungan Pemerintah
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, saat pembukaan IFFINA+, menegaskan bahwa industri furnitur layak menjadi andalan nasional karena berbasis bahan baku lokal, didukung daya beli masyarakat, serta kebutuhan pemerintah akan furnitur untuk pembangunan sekolah berbahan kayu, rotan, bambu, dan gabus.
Baca Juga: IEU-CEPA Berpotensi Dongkrak Ekspor Mebel ke Eropa hingga 25%
Sementara pasar internasional, khususnya Eropa dan Amerika, menurutnya juga terbuka lebar. Hanya saja, Indonesia masih harus bersaing dengan Vietnam yang memiliki tingkat ekspor 3–4 kali lebih besar.
Dia bilang, Indonesia terus berupaya mendorong ekspor manufaktur. Pada 23 September 2025, lanjutnya, Indonesia dijadwalkan menandatangani perjanjian perdagangan penuh dengan Uni Eropa (IEU-CEPA)di Bali, yang ditargetkan berlaku efektif pada semester II 2026.
“Indonesia berharap mendapat preferensi khusus EUIDR, mengingat sebagian besar industri sawit telah tersertifikasi RSPO dan sektor kehutanan menerapkan SVLK,” kata
Dengan Amerika Serikat, pembicaraan terkait tarif sudah memasuki finalisasi, termasuk kemungkinan nol tarif untuk komoditas Indonesia yang tidak diproduksi di AS, seperti kelapa sawit dan kayu meranti.
Di dalam negeri, pemerintah terus mendukung sektor mebel dan kerajinan dengan mengembangkan sentra rotan di Sulawesi Tengah, meski pemanfaatannya masih rendah padahal Indonesia adalah pemasok utama rotan dunia. Selain itu, program deregulasi juga dipercepat dan ditargetkan berlaku melalui Keppres pada 5 Oktober 2025, dengan fokus mengurai hambatan di setiap sektor.
Baca Juga: Industri Mebel Sambut Kesepakatan Dagang IEU-CEPA, Targetkan Lonjakan Ekspor
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerintah menyiapkan 17 paket kebijakan, termasuk delapan program jangka pendek yang dapat dimanfaatkan industri furnitur. Salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusis (SDM) melalui program magang bagi lulusan baru dengan gaji setara UMP selama enam bulan yang ditanggung pemerintah.
Pemerintah juga melanjutkan insentif pajak berupa subsidi PPh 21 untuk pekerja bergaji di bawah Rp10 juta serta mendorong modernisasi industri melalui restrukturisasi mesin furnitur dengan subsidi bunga kredit 5%. “Jadi kalau pelaku industri ingin ekspansi dengan kredit yang lebih murah, sekarang adalah waktunya,” ujar Erlangga.
Selanjutnya: Indonesia-Uni Eropa Teken CEPA pada 23 September 2025, 80% Produk RI Bebas Tarif
Menarik Dibaca: 7 Olahraga untuk Mengontrol Gula Darah Penderita Diabetes, dari Ringan hingga Berat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News