kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Industri Mebel dan Kerajinan Alami Tekanan, Pelaku Usaha Lakukan Ini untuk Bertahan


Senin, 05 Mei 2025 / 15:36 WIB
Industri Mebel dan Kerajinan Alami Tekanan, Pelaku Usaha Lakukan Ini untuk Bertahan
ILUSTRASI. HIMKI sebut saat ini sektor industri mebel dan kerajinan dalam negeri sedang menghadapi tekanan yang berat. ANTARA FOTO/Maulana Surya/Spt.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, mengatakan bahwa saat ini sektor industri mebel dan kerajinan sedang menghadapi tekanan yang berat.

Salah satunya ialah kelesuan pasar serta ancaman efisiensi dan PHK. Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) mencatat hingga 23 April 2025, kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di dalam negeri telah mencapai 24.036 kasus. 

Oleh sebab itu, banyak pelaku usaha mebel dan kerajinan saat ini tengah melakukan pengurangan volume kerja. Untungnya, belum ada fenomena PHK langsung secara besar-besaran di industri ini.

Baca Juga: Kebijakan Tarif Trump akan Berdampak bagi Industri Mebel Tanah Air

"Banyak pelaku menggunakan sistem subkontraktor dan borongan, sehingga jika terjadi penurunan order, dampaknya lebih berupa pengurangan volume kerja, bukan PHK langsung dalam skala besar," ujar Sobur kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).

Soal ancaman PHK yang menyelimuti industri mebel dan kerajinan, Sobur belum memiliki data resmi berapa total pekerja yang ter-PHK di awal tahun ini.

Namun, ia mengatakan bahwa kondisi ini secara tidak langsung berdampak pada sektor hulu dan mitra produksi kecil

"Kami belum memiliki angka pasti, namun diperkirakan ribuan pekerja terdampak secara tidak langsung, terutama di sektor hulu dan bengkel-bengkel kecil mitra produksi. Efek dominonya terasa, terutama di sentra produksi seperti Jepara, Pasuruan, Cirebon, dan Sukoharjo," jelasnya.

Sobur kemudian menjelaskan beberapa penyebab mengapa sektor mebel dan kerajinan menghadapi kondisi ancaman ini. Pertama, karena Lesunya permintaan ekspor, terutama dari pasar Amerika Serikat dan Eropa.

Kedua, kebijakan moneter global yang menekan daya beli. Ketiga, biaya produksi dalam negeri yang terus naik, termasuk kenaikan upah minimum dan bahan baku. Keempat, masih lemahnya stimulus dan insentif untuk sektor padat karya di dalam negeri.

Baca Juga: Pengusaha Mebel dalam Negeri Wanti-wanti Kebijakan Proteksionisme Donald Trump

Menurut Sobur, guna melancarkan kembali kerja industri padat karya dalam negeri, masih perlu beberapa langkah dan stimulus dari Pemerintah.

Misalnya, dengan memfasilitasi order dari BUMN dan proyek pemerintah untuk menyerap produksi dalam negeri, penurunan biaya logistik dan energi, memberlakukan kebijakan perdagangan luar negeri yang berpihak pada produk lokal, dan investasi pada digitalisasi dan standardisasi UMKM sehinhga lebih efisien dan kompetitif.

Kemudian masih perlunya dilakukan relaksasi pajak dan insentif khusus untuk industri padat karya serta pembukaan pasar ekspor baru lewat diplomasi dagang.

"Dan yang paling krusial, dukungan nyata dari kebijakan fiskal dan moneter untuk sektor padat karya yang terbukti menyerap banyak tenaga kerja informal" pungkasnya.

Selanjutnya: Harga Emas Hari Ini Naik Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Naik Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×