kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.465   -15,00   -0,09%
  • IDX 6.898   66,24   0,97%
  • KOMPAS100 1.001   10,19   1,03%
  • LQ45 775   7,44   0,97%
  • ISSI 220   2,72   1,25%
  • IDX30 401   2,31   0,58%
  • IDXHIDIV20 474   1,13   0,24%
  • IDX80 113   1,15   1,03%
  • IDXV30 115   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   0,58   0,44%

Industri Migas Perkuat Komitmen Dukung Dekarbonisasi Lewat Teknologi CCS/CCUS


Selasa, 06 Mei 2025 / 14:57 WIB
Industri Migas Perkuat Komitmen Dukung Dekarbonisasi Lewat Teknologi CCS/CCUS
ILUSTRASI. Temuan sumberdaya gas oleh Pertamina Hulu Energi. Komitmen sektor industri minyak dan gas bumi (migas) dalam mendukung target dekarbonisasi nasional semakin menguat.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komitmen sektor industri minyak dan gas bumi (migas) dalam mendukung target dekarbonisasi nasional semakin menguat.

Hal ini tercermin dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk Implementasi Teknologi CCU/CCS/CCUS untuk Industri Migas yang Berkelanjutan di Indonesia yang digelar Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKK PII).

Baca Juga: Ini Cara Pertamina Dorong Pekerja Jadi Role Model Dekarbonisasi

FGD ini mempertemukan pelaku industri energi, seperti PT Pertamina Hulu Energi, ExxonMobil Low Carbon Solutions Indonesia Ltd, PT Energi Mega Persada, serta startup inovatif PT Algatek Karbon Nusantara.

Para peserta membahas strategi implementasi teknologi penangkapan dan pemanfaatan karbon (CCU), penyimpanan karbon (CCS), serta pendekatan terintegrasi (CCUS) di sektor migas.

Direktur Manajemen Risiko PT Pertamina Hulu Energi yang juga Dewan Penasehat AM BKK PII 2025 Mery Luciawaty, menegaskan pentingnya kolaborasi berbagai pihak untuk membangun ekosistem rendah karbon.

“Kolaborasi antara korporasi, regulator, dan akademisi sangat penting untuk menekan emisi secara berkelanjutan. Pertamina sendiri terus menjajaki berbagai solusi CCS/CCUS melalui kerja sama internasional maupun inisiatif teknologi lokal,” ujar Mery dalam keterangannya, Selasa (6/5).

Baca Juga: Wujudkan Dekarbonisasi, PLN Raih Kucuran Dana Rp 110 Miliar dari Uni Eropa & Prancis

Dalam diskusi tersebut, berbagai tantangan dan peluang pengembangan CCS/CCUS turut dibahas, termasuk aspek regulasi, pembiayaan, dan kesiapan teknologi.

PT Algatek Karbon Nusantara, misalnya, mempresentasikan inovasi CCU yang dapat mengubah emisi CO₂ industri menjadi biomassa bernilai ekonomis. Inovasi ini dinilai sebagai langkah konkret menuju ekonomi karbon sirkular.

Sementara itu, ExxonMobil dan PT Energi Mega Persada menampilkan studi kasus penerapan CCS di lapangan sebagai bentuk kesiapan sektor hulu migas dalam mengintegrasikan teknologi rendah karbon ke dalam operasional mereka.

Sejumlah perwakilan dari sektor strategis seperti PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Kujang, Rock Flow Dynamics, serta asosiasi profesi seperti IATMI dan SPE turut menyampaikan pandangan.

Baca Juga: Dukung Dekarbonisasi, Kemenperin Percepat Transformasi Industri Hijau

Mereka menyoroti pentingnya model bisnis yang berkelanjutan, kesiapan sumber daya manusia (SDM), serta perlunya insentif kebijakan untuk mempercepat adopsi teknologi CCS/CCUS.

FGD ini memperkuat sinyal bahwa sektor usaha siap mengambil peran aktif dalam transisi energi nasional. Dengan sinergi lintas sektor, Indonesia dinilai berpeluang besar menjadi hub CCS/CCUS di Asia Tenggara sekaligus meningkatkan daya saing industri migas di era energi bersih.

Selanjutnya: Prediksi Susunan Pemain Inter Milan di Semifinal Liga Champions Leg 2

Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali Dominan Berawan, Hanya 5 Daerah Diguyur Hujan Ringan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×