Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri penerbangan terkena pukulan telak imbas dari pandemi Covid-19. Termasuk infrastruktur bandara. Beberapa tahun terakhir pemerintah telah membuat bandara-bandara baru, bahkan ada bandara-bandara raksasa nan megah.
Kendati begitu, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto menyebutkan meyakinkan bahwa pembangunan bandara-bandara yang saat ini tengah berlangsung tetap berjalan. "Untuk pembangunan tidak ada yang berhenti," kata Novie kepada kontan.co.id, Rabu (4/11).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 direncanakan ada 10 bandara yang akan dibangun. Diagendakan proyek-proyek tersebut dapat mulai beroperasi pada 2022-2024. Sepuluh proyek tersebut, antara lain Bandara Mandailing Natal, Bandara Mentawai, dan Bandara Singkawang.
Selain proyek baru tersebut, pemerintah telah membangun bandara raksasa seperti Bandara Kertajati dan New Yogyakarta International Airport (NYIA). Tapi, dampak telak akibat pandemi Covid-19 menekan industri penerbangan nasional. Contohnya, Bandara Kertajati yang dikelola oleh PT Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) tersebut kini menyediakan program komersial foto untuk prewedding.
Baca Juga: Pengamat penerbangan dukung rencana pemerintah tata status bandara
VP Corporate Communications Angkasa Pura (AP) II, Yado Yarismano menuturkan bahwa pada periode new normal, lalu lintas pada bandara yang dikelola AP II mulai bergerak dengan mencatatkan okupansi sekitar 30%-35%. "New normal ini rata-rata penumpang perhari sekitar 45.000-47.000 pergerakan per hari atau naik jika dibandingkan dengan awal pandemi di bawah 10.000 pergerakan penumpang. Bahkan di titik terendahnya sampai di bawah 1.000 pergerakan per hari," kata Yado kepada kontan.co.id, Rabu (4/11).
Akibat dampak tersebut, dia mengakui beberapa program sedang dievaluasi kembali. "Untuk tahun ini rencana belanja modal kami sekitar Rp 700 miliar," tambah Yado.
Angka tersebut telah direvisi dua kali dari sebelumnya sebesar Rp 7,8 triliun yang kemudian direvisi menjadi Rp 1,4 triliun. Adapun anggaran tersebut, akan diakokasikan untuk pengembangan bandara yang bersifat multiyears, pemeliharaan fasilitas, dan melanjutkan perumusan desain Terminal 4 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tapi Yado enggan membeberkan program-program apa saja yang tengah dievaluasi kembali.
Baca Juga: Daripada boros, tidak masalah status bandara diubah menjadi bandara domestik
Yang jelas, AP II telah melakukan berbagai upaya selama sembilan bulan kemarin dalam menjaga operasional perusahaan. Sebelumnya, Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin memaparkan Angkasa Pura II selaku pengelola 19 bandara melakukan sejumlah penyesuaian untuk tetap menjaga konektivitas udara Tanah Air. “Sudah sekitar 9 bulan kita menghadapi Covid-19 dan selama pandemi ini Angkasa Pura II bergerak dinamis dengan menetapkan strategi agar bisa beradaptasi dengan keadaan,” kata Awaluddin.
Dari sisi operasional, sebagai langkah antisipasi agar bandara tetap beroperasi optimal AP II merespons dengan menetapkan empat pola operasional yaitu normal operation, slow down operation, minimum operation I, dan minimum operation II. Dari pola tersebut, AP II menggunakan fasilitas bandara disesuaikan dengan pergerakan penumpang sehingga penetapan pola operasional ini memungkinkan bandara dapat melakukan efisiensi dengan berhasil berhemat Rp 1,8 triliun hingga kuartal III-2020.
Dari sisi pelayanan, AP II sudah menerapkan fasilitas dan pelayanan yang sesuai dengan kondisi Covid-19, berfokus pada physical distancing, health screening, touchless processing, people protection, dan facility cleanliness and sanitizing. Dampaknya, pada kuartal II-2020 jumlah penumpang pesawat yang tercatat sebanyak 1,56 juta orang, lalu meroket 247% menjadi 5,42 juta orang pada kuartal ketiga 2020.
Baca Juga: Operator bandara dukung rencana pemerintah dalam penataan bandara
Kemudian, AP II menjalankan strategi business survival initiatives yang terdiri dari tiga program yaitu cost leadership, capex disbursement, dan cash flow management. Program itu diterapkan dalam bisnis aeronautika dan nonaeronautika.
Fokus bisnis aeronautika di tengah pandemi adalah optimalisasi slot time penerbangan di bandara, pengaktifan kembali rute dan peningkatan frekwensi penerbangan. Adapun melalui fokus ini, sekarang utilisasi kapasitas penerbangan di bandara AP II dapat mencapai sekitar 45%.
Sementara itu di bisnis nonaeronautika fokus utama adalah menjaga tenant komersial dapat tetap membuka layanan di terminal penumpang melalui berbagai program customer retention, serta berbagai bisnis yang dijalankan anak usaha.
Baca Juga: Miris, Bandara Kertajati senilai Rp 4,9 triliun itu kini buka usaha foto Prewedding
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News