Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan November 2025 masih berada di zona ekspansi pada level 53,45. Tapi, nilai IKI bulan ini turun tipis 0,05 poin dibandingkan Oktober 2025 yang berada di posisi 53,50.
Meski melambat secara bulanan, IKI November 2025 menunjukkan perbaikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai IKI meningkat 0,50 poin dibandingkan November 2024, yang kala itu berada di level 52,95.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arief menyampaikan pada bulan ini, industri manufaktur yang berorientasi ke pasar dalam negeri mengalami penguatan.
Tampak dari IKI Domestik yang secara bulanan naik 0,37 poin dari 52,34 menjadi 52,71.
Sebaliknya, IKI untuk industri manufaktur yang berorientasi ekspor melambat 0,17 poin dari 54,35 menjadi 54,18. Dari sisi variabel pembentuk IKI, pesanan baru pada bulan November 2025 mengalami peningkatan 0,68 poin menjadi 55,93.
Baca Juga: Ekspansi PT CTM Dinilai Sinyal Kebangkitan Daya Saing Industri Tekstil Nasional
Namun, variabel persediaan produk mengalami perlambatan 0,33 poin ke level 56,19. Sedangkan nilai IKI untuk variabel produksi masih kontraksi setelah merosot sedalam 1,08 poin ke posisi 47,49.
Febri membeberkan bahwa nilai IKI didapat dari survei dan analisis terhadap 23 sub sektor industri manufaktur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 22 sub sektor mengalami ekspansi pada bulan ini.
Dua sub sektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Pengolahan Tembakau yang tercatat dalam Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) 12. Selanjutnya ada Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional (KBLI 21).
Ekspansi industri pengolahan tembakau terdorong oleh aktivitas pelaku usaha yang sedang giat melakukan produksi setelah melewati masa panen.
Baca Juga: Banjir Produk Impor Tahan Laju Bisnis Tekstil Chemstar Indonesia (CHEM)
"Industri pengolahan tembakau bersifat musiman, memang meningkat pada periode tertentu," jelas Febri dalam konferensi pers yang berlangsung pada Kamis (27/11/2025).
Sedangkan ekspansi pada sub sektor industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional terdorong oleh belanja pemerintah. Terutama belanja untuk program jaminan kesehatan nasional terhadap produk-produk farmasi.
Di sisi lain, ada satu sub sektor manufaktur yang mengalami kontraksi, yakni Industri Tekstil (KBLI 13). Hasil ini sama seperti IKI bulan lalu, yang kala itu industri tekstil menjadi satu-satunya sub sektor yang mengalami kontraksi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Sri Bimo Pratomo menjelaskan industri tekstil mengalami kontraksi terutama dari sisi pesanan.
Baca Juga: Industri Tekstil Dorong Efisiensi dan Daya Saing Lewat Kolaborasi dengan Pemerintah
Kenaikan harga bahan baku dan bahan penolong juga mengerek harga jual. Selain itu, kondisi stok di pasar kain jadi masih tersedia.
Meski begitu, Bimo optimistis kinerja industri tekstil bakal membaik, sejalan dengan persiapan industri garmen untuk menyambut pesanan dari pasar ekspor maupun dalam negeri.
Perusahaan garmen yang berorientasi ekspor sedang meningkatkan produksi untuk musim fesyen tahun depan.
"Sementara itu, perusahaan garmen yang berorientasi pasar domestik sedang bersiap-siap untuk berproduksi dalam rangka Ramadan dan Idul Fitri. Meski masih tahun depan, tapi karena diyakini akan banyak pesanan, sehingga sudah bersiap-siap," terang Bimo.













