kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Industri tekstil minta fasilitas kemudahan ekspor


Minggu, 06 Agustus 2017 / 14:44 WIB
Industri tekstil minta fasilitas kemudahan ekspor


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Industri tekstil meminta pemerintah memberikan fasilitas Kemudahan Lokal Tujuan Ekspor (KLTE) untuk mendorong ekspor berbahan baku lokal.

Sekretaris Jendral Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta menyatakan, pada Minggu (6/8), fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi bahan baku lokal tujuan ekspor akan efektif mendorong ekspor, mengurangi impor bahan baku dan menciptakan nilai tambah yang lebih besar didalam negeri.

Saat ini pemerintah hanya membebaskan PPN bagi produk impor tujuan ekspor lewat Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). 

Redma menilai, kondisi ini mendorong pabrikan yang berorientasi ekspor lebih cenderung memilih bahan baku impor.

“Kalau pakai bahan baku lokal meskipun diresitusi prosesnya kan bisa satu tahun. Itu jadi tambahan beban biaya tersendiri dan menggerus cashflow, sehingga lebih untung pakai bahan baku impor,” jelas Redma dalam rilis resminya.

Redma menerangkan, usulan ini sudah masuk ke rekomendasi Kementerian Perindustrian, dan tengah dibahas dengan Kementerian Keuangan. “Kita sudah lakukan pertemuan dua kali di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,” jelasnya.

Selanjutnya Redma menjelaskan, bahwa saat ini beberapa merek-merek dunia mulai memprioritaskan bahan baku lokal untuk mengejar “lead time”. “Kalau impor kan shipment paling cepat 2 minggu, kalau lokal kan bisa hanya hitungan hari,” terangnya.

APSyFI, berharap usulan ini bisa segera diimplementasikan sehingga menambah tenaga eksportir untuk dapat bersaing. Di sisi lain akan menghidupkan produsen-produsen bahan baku yang saat ini mengalami kesulitan penjualan.

Tahun 2016, volume ekspor garment 550.000 ton sedangkan impor kain 724.000 ton. “Kalau dengan kebijakan ini bisa mendorong substitusi impor sebesar 100.000 ton saja, kita bisa saving devisa sekitar US$ 500 juta, utilisasi produsen kain bisa naik 7% dan akan ada tambahan penyerapan tenaga kerja lebih dari 50 ribu orang,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×