Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, bisnis perunggasan pelan-pelan berubah dan bertransformasi. Pengusaha unggas lebih memilih untuk serius menjajaki bisnis hilir dengan terjun produksi makanan olahan.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia (Gappi) Anton J Supit mengatakan, saat ini sudah bukan lagi zamannya lagi bagi perusahaan unggas untuk hanya berkecimpung di sisi hulu. Untuk mendapat keuntungan lebih tinggi, perusahaan juga harus turut terjun ke sektor hilir.
Terjun pada sektor hilir lewat pengelolaan makanan menjadi hal yang paling memungkinkan. Peluang ini tidak hanya milik bagi pengusaha ternak bermodal besar dan peternak kemitraan, tapi juga peternak mandiri.
Kondisi ini akan membantu produk dalam negeri dapat bersaing di pasar bebas ASEAN. Agar mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar negeri. Industri perunggasan di Indonesia harus dapat meningkatan efisiensi produksi dan pembenahan distribusi atau pemasarannya.
Anton menambahkan, ketidakefisienan dalam memproduksi hasil peternakan hingga sampai ke tangan konsumen akan menyebabkan biaya tinggi. Sehingga produk kalah bersaing di pasar.
CEO PT Agrofood Pangan Sehat Djody Hario Seno menambahkan, pihaknya kembali akan merintis sektor hilir lewat rumah makan. Sebab, pasar pegelolaan makanan terbilang menjanjikan. "Kami akan menekuni bisnis hilir. Namun harus diakui SDM menjadi kendala yang sulit untuk masuk sektor hilir," ujar Djody pada hari ini (11/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News