Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) rela mengeluarkan kocek Rp 591 miliar demi menjalankan proyek monitoring dan pengendalian bahan bakar minyak (BBM) dengan menggunakan produk teknologi.
Tikno Sutisna, Direktur Utama INTI mengatakan, dana itu merupakan investasi seluruh proyek monitoring pemakaian BBM bersubsidi milik pemerintah. "Itu (investasi) dilakukan satu kali saja," ujar Tikno dalam jumpa pers kinerja PT INTI di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (9/4).
Sayangnya, Tikno tidak menjelaskan lebih lanjut untuk apa saja dana investasi tersebut. Tikno hanya bilang, pihaknya akan membeli Radio Frequency Identification (RFID) sebanyak 100 juta unit yang berbentuk cincin (ring), yang akan ditaruh di kendaraan bermotor di Indonesia.
Sayangnya, alat itu bukan diproduksi sendiri, melainkan diimpor dari luar negeri. "Produk itu dari China, ini tidak ada merek jadi kami ambil langsung dari pabrik di China. Pabrik RFID di China memproduksi 1 juta per hari," kata Tikno.
Dia memastikan, dengan adanya RFID tersebut, pihaknya siap menjalankan program monitoring pemakaian dan pengawasan BBM bersubsidi dari pemerintah yang akan dilakukan mulai 1 Juli 2013.
Seperti diketahui, INTI merupakan pemenang tender pengadaan RFID yang digelar oleh pemerintah. Saat itu, INTI memberi penawaran Rp 18 per liter untuk program monitoring dan sebesar Rp 20,74 per liter sampai program pengendalian BBM subsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News