Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Ia pun menyatakan, implementasi B30 yang dilakukan Pertamina efektif untuk menekan impor migas Indonesia. Bahkan, sejak tahun lalu Indonesia sudah tidak mengimpor solar dari luar negeri.
Baca Juga: Cegah lifting migas anjlok, komisi VII DPR dorong pemberian insentif di sisi hulu
Selain itu, Pertamina juga berinisiatif mengembangkan A20 atau bahan bakar dengan emisi rendah campuran 15% etanol dan 5% methanol. Nicke bilang, rencana tersebut sedang diriset oleh Pertamina bersama dengan Kementerian ESDM. Keberadaan A20 dinilai dapat menciptakan bensin atau gasoline dengan harga murah dan pembakaran yang efisien.
Lebih lanjut, Pertamina turut berencana mengembangkan Dimethyl Ether (DME) yang dihasilkan dari proses gasifikasi batubara. Terkait proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan BUMN pertambangan PT Bukit Asam Tbk dan perusahaan asal Amerika Serikat Air Products.
Untuk memproduksi DME, dibutuhkan batubara dengan kalori rendah yang banyak terdapat di Indonesia. “Keberadaan DME kelak dapat mengurangi ketergantungan impor LPG,” ujar Nicke.
Tak ketinggalan, Pertamina juga menyambut era kendaraan listrik. Dengan menggandeng PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Pertamina berencana memproduksi baterai kendaraan listrik melalui pabrik di Morowali. “Sinergi BUMN ini dilakukan Pertamina untuk mengembangkan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan,” tandas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News