kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini ikhtiar Pertamina kembangkan bahan bakar dari sumber energi terbarukan


Senin, 15 Juni 2020 / 19:52 WIB
Ini ikhtiar Pertamina kembangkan bahan bakar dari sumber energi terbarukan
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) terus berupaya mengembangkan sekaligus memperluas pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyampaikan, Pertamina berkomitmen untuk terus mendorong pemanfaatan bahan bakar minyak (BBM) dari sumber yang ramah lingkungan. Salah satu usaha yang sudah dilakukan Pertamina adalah menggenjot penggunaan bioenergi dari minyak kelapa sawit lewat program Biodiesel 30% atau B30.

Baca Juga: Praktisi: Perlu ada stimulus untuk tingkatkan aktivitas KKKS dan menggerakkan ekonomi

Pertamina pun mengaku siap memproduksi bahan bakar biodiesel 100% atau B100 secara mandiri. Selain didukung oleh sumber daya minyak kelapa sawit yang melimpah, Pertamina juga mengandalkan teknologi untuk memproses bahan bakar tersebut.

Nicke menyebut, kilang Pertamina di Cilacap akan memulai uji coba produksi B100 pada pertengahan 2021 mendatang. Kilang Cilacap nantinya dapat memproduksi B100 sekitar 3.000 barel—6.000 barel per hari.

Di periode yang sama, kilang Plaju juga akan dimanfaatkan oleh Pertamina untuk memproduksi B100 dengan kapasitas 20.000 barel per hari. “Kita bisa buktikan bahwa CPO dapat diandalkan sebagai bahan baku energi. Ke depan kilang Pertamina juga bisa memproduksi bioavtur,” ungkap Nicke dalam diskusi virtual, Senin (15/6).

Ia pun menyatakan, implementasi B30 yang dilakukan Pertamina efektif untuk menekan impor migas Indonesia. Bahkan, sejak tahun lalu Indonesia sudah tidak mengimpor solar dari luar negeri.

Baca Juga: Cegah lifting migas anjlok, komisi VII DPR dorong pemberian insentif di sisi hulu

Selain itu, Pertamina juga berinisiatif mengembangkan A20 atau bahan bakar dengan emisi rendah campuran 15% etanol dan 5% methanol. Nicke bilang, rencana tersebut sedang diriset oleh Pertamina bersama dengan Kementerian ESDM. Keberadaan A20 dinilai dapat menciptakan bensin atau gasoline dengan harga murah dan pembakaran yang efisien.

Lebih lanjut, Pertamina turut berencana mengembangkan Dimethyl Ether (DME) yang dihasilkan dari proses gasifikasi batubara. Terkait proyek ini, Pertamina bekerja sama dengan BUMN pertambangan PT Bukit Asam Tbk dan perusahaan asal Amerika Serikat Air Products.

Untuk memproduksi DME, dibutuhkan batubara dengan kalori rendah yang banyak terdapat di Indonesia. “Keberadaan DME kelak dapat mengurangi ketergantungan impor LPG,” ujar Nicke.

Tak ketinggalan, Pertamina juga menyambut era kendaraan listrik. Dengan menggandeng PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Pertamina berencana memproduksi baterai kendaraan listrik melalui pabrik di Morowali. “Sinergi BUMN ini dilakukan Pertamina untuk mengembangkan bahan bakar yang ramah terhadap lingkungan,” tandas Nicke.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×