kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,73   -14,78   -1.58%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab kinerja Budi Starch & Sweetener (BUDI) di 2019 mengkilap


Kamis, 23 April 2020 / 15:41 WIB
Ini penyebab kinerja Budi Starch & Sweetener (BUDI) di 2019 mengkilap


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Budi Starch & Sweetener Tbk  (BUDI) di tahun lalu tergolong ciamik. Buktinya, produsen tepung beras merek Rose Brand ini mencatatkan kenaikan pendapatan dan laba hingga dua digit di tahun lalu. 

Sekretaris Perusahaan Budi Strach & Sweetener Alice Yuliana menjelaskan, penopang kinerja BUDI di tahun lalu adalah harga singkong sedang bagus-bagusnya. 

"Harga singkong yang tinggi di 2018 membuat petani lebih bersemangat untuk menanam singkong dan hal ini memberikan dampak pada hasil panen singkong di 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata dia kepada Kontan.co.id, Rabu (22/4).

Baca Juga: Laba Budi Starch & Sweetener (BUDI) tumbuh dua digit di tahun lalu

Asal tahu saja, tahun lalu pendapatan BUDI naik 13,44% year on year (yoy) menjadi Rp 3 triliun dari Rp 2,64 triliun di 2018. Penjualan yang melejit membuat laba bersih perusahaan juga loncat tinggi hingga 27% dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp 61,22 miliar.  

Lebih lanjut Alice bilang, kuantitas penjualan tepung tapioka juga meningkat dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan dan laba perusahaan. Adapun penjualan tepung tapioka berkontribusi hampir 77% dari total penjualan konsolidasi perusahaan.

Di sepanjang tahun lalu, penjualan lokal mendominasi pendapatan usaha BUDI sebesar Rp 2,92 triliun. Rinciannya  segmen tepung tapioka yang dijual ke pihak berelasi tumbuh 20,4% menjadi Rp 2,31 triliun, diikuti sweetener senilai Rp 94,52 miliar dan  karung plastik Rp 71,46 miliar. 

Baca Juga: Budi Starch & Sweetener hitung kontribusi pabrik anyar capai 35% di tahun ini

Penjualan lokal lainnya ke pihak ketiga sebesar Rp 433,32 miliar. Di sisi lain, penjualan ekspor pihak ketiga masih mini yakni Rp 74,68 miliar. 

Di sisi lain, beban pokok penjualan emiten ini tumbuh 15,8% menjadi Rp 2,62 triliun. Namun, produsen tepung tapioka ini berhasil membukukan keuntungan selisih kurs mata uang asing-bersih hingga Rp 3,34 miliar di 2019. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×