kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Insentif Mobil Listrik CBU Dihentikan Tahun Depan, Harga EV Impor Bisa Naik 30%


Minggu, 21 September 2025 / 06:45 WIB
Insentif Mobil Listrik CBU Dihentikan Tahun Depan, Harga EV Impor Bisa Naik 30%
ILUSTRASI. Penghentian insentif pajak CBU akan menyebabkan harga EV impor yang APM-nya gagal memenuhi syarat Permenperin No. 35/2025 bakal naik sampai 30%../pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/28/04/2024.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan pemerintah untuk tidak memperpanjang pemberian insentif mobil listrik impor utuh alias completely built-up (CBU) diperkirakan akan mengerek harga jual mobil listrik impor.

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, penghentian pemberian insentif ini akan membuat harga mobil listrik impor berpotensi melonjak tajam. 

“Penghentian insentif pajak CBU akan menyebabkan harga EV impor yang APM-nya gagal memenuhi syarat Permenperin No. 35 Tahun 2025 bakal naik signifikan, bisa sampai 30%. Sebab, mereka kembali dikenakan PPN, PPnBM, dan bea masuk penuh,” jelas Yannes kepada KONTAN, Jumat (19/9/2025).

Baca Juga: Insentif Hilang, Produsen Mobil Listrik Bergegas Membangun Pabrik

Namun, kenaikan ini tidak akan merata. Yannes menekankan bahwa produsen yang berhasil merealisasikan komitmen investasi dan produksi lokal tetap berhak mendapatkan insentif fiskal lanjutan. 

"Kalau mereka berhasil memenuhi komitmennya, maka harga EV bisa tetap stabil atau bahkan turun. Mereka bisa menikmati insentif seperti PPN ditanggung pemerintah (DTP), bebas PPnBM, atau subsidi baterai,” katanya.

Dengan begitu, konsekuensi logis dari kebijakan baru ini adalah mendorong percepatan industrialisasi kendaraan listrik di Indonesia. Menurut Yannes, strategi paling realistis bagi Agen Pemegang Merek (APM) dengan penjualan tinggi, khususnya di segmen Rp 200 juta–Rp 500 juta, adalah mempercepat pembangunan pabrik lokal. 

"Kalau tidak, pangsa pasar yang sudah terbentuk bisa hilang karena harga melonjak dan tidak kompetitif,” tegasnya.

Sementara itu, APM dengan volume penjualan rendah di segmen menengah bawah dinilai akan kesulitan bertahan. Produk mereka akan berubah menjadi niche yang terlalu mahal, sehingga risiko mati perlahan sangat besar. 

"Yang masih layak impor CBU tinggal untuk segmen premium atau produk spesifik yang tidak sensitif terhadap harga. Konsumen segmen ini relatif rela membayar lebih mahal tanpa insentif,” papar Yannes.

Baca Juga: XPENG Produksi CKD di Indonesia, Perkuat Industri EV Saat Skema CBU Dihentikan

Ia mencontohkan strategi yang lebih efisien adalah beralih ke impor dalam bentuk komponen (Completely Knocked Down/CKD) untuk dirakit di Indonesia. 

"Dengan CKD, mereka bisa memanfaatkan fasilitas perakitan lokal seperti di PT Handal Indonesia Motor yang sudah digunakan beberapa merek, termasuk Chery dan Geely. Perakitan lokal lebih murah secara pajak dan membantu memenuhi target TKDN 40% karena tenaga kerja dan biaya overhead masuk hitungan,” jelasnya.

Yannes menilai potensi perlambatan adopsi EV akan paling terasa di segmen menengah, yakni mobil listrik dengan harga Rp 200 juta–Rp 500 juta yang sangat sensitif terhadap perubahan harga. 

“APM importir EV low cost yang gagal memenuhi komitmen dengan Kemenperin akan collapse perlahan karena produknya jadi tidak menarik lagi,” pungkasnya.

Selanjutnya: Mobil Bekas Jadi Motor Pertumbuhan Perusahaan Pembiayaan

Menarik Dibaca: Oppo Find X8 Pakai Triple Kamera Kualitas Premium, Ponsel Flagship Paling Laris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×