Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Insiden longsor di tambang Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) pada Senin (8/9/2025) diperkirakan bakal menekan kinerja produksi serta pembagian keuntungan kepada MIND ID, holding BUMN sektor pertambangan.
Dalam laporan terbarunya, Freeport-McMoRan Inc (FCX) mengungkapkan operasi penuh GBC baru akan pulih total pada 2027.
Baca Juga: Harga Tembaga Melambung usai Freeport Umumkan Force Majeure Tambang Grasberg
Padahal, tambang bawah tanah ini menyumbang lebih dari separuh total produksi Freeport.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, mengatakan proses evakuasi korban cukup sulit karena medan tambang berada di area bawah tanah.
Hingga saat ini, dua jenazah pekerja ditemukan, sementara lima orang lainnya masih hilang.
Pemulihan Operasi Lebih Lama
Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Sudirman Widhy Hartono menjelaskan, proses pemulihan tambang bawah tanah membutuhkan waktu lebih panjang dibanding tambang terbuka.
Baca Juga: Imbas Longsor, Freeport Sebut Operasi Tambang Grasberg Baru Pulih Sepenuhnya di 2027
“Untuk memulai kembali operasional di underground diperlukan development ulang. Jadi wajar bila Freeport baru memulihkan produksi bertahap pada 2026 dan normal di 2027,” jelas Sudirman pada Kamis (25/9/2025).
Hal senada disampaikan Ketua Badan Kejuruan Pertambangan Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Rizal Kasli.
Menurutnya, ruang lingkup tambang bawah tanah yang sempit dan berisiko tinggi menuntut perbaikan dilakukan hati-hati dan bertahap (sequence).
Dampak ke Produksi dan Dividen
Gangguan operasi GBC akan menggerus produksi emas dan tembaga Freeport dalam dua tahun ke depan.
Rizal menilai, dampaknya langsung terasa pada pendapatan dan laba perseroan, yang otomatis menekan setoran dividen ke MIND ID.
Baca Juga: Freeport Umumkan Keadaan Kahar Tambang Grasberg Papua
Pengamat BUMN, Herry Gunawan, menambahkan, koreksi kinerja sudah bisa terlihat pada kuartal IV-2025.
Namun, untuk tahun penuh 2025, penurunan laba diperkirakan masih di bawah 30% dari target.
Sebagai gambaran, PTFI menargetkan laba 2025 sebesar US$3,7 miliar (Rp60,7 triliun) dari pendapatan US$11,2 miliar (Rp170 triliun).
Namun, sebagian laba berpotensi ditahan untuk biaya perbaikan fasilitas produksi, sehingga ruang pembagian dividen semakin terbatas.
“Dividen tahun ini kemungkinan turun di bawah Rp 5 triliun, jauh dari realisasi 2024 yang mencapai Rp 7,7 triliun,” ujar Herry.
Setoran Negara Turun
Penurunan laba dan dividen juga akan mengoreksi setoran PTFI ke negara. Tahun lalu, setoran PTFI ke pemerintah pusat dan daerah mencapai Rp79 triliun, termasuk pajak, royalti, dividen, dan pungutan lain.
Adapun produksi tembaga Freeport pada 2024 mencapai 1,8 miliar pon, sedangkan emas sebesar 1,86 juta ons.
Baca Juga: Produksi Grasberg Terganggu, Freeport-McMoRan Pangkas Target Penjualan Emas & Tembaga
Tambang GBC sendiri menyumbang sekitar 64% produksi harian dengan kapasitas 133.800 metrik ton bijih.
Target produksi emas batangan PTFI tahun ini sekitar 50–60 ton, sedangkan konsentrat tembaga 2 juta ton per tahun.
Herry memperkirakan insiden longsor juga berpotensi memengaruhi pasokan konsentrat ke smelter Freeport di Gresik yang saat ini masih dalam tahap ramp-up production hingga akhir 2025.
“Dengan penurunan produksi hingga 35% pada 2026, kinerja keuangan Freeport dan setoran dividen ke negara kemungkinan terkoreksi lebih dalam,” pungkas Herry.
Selanjutnya: RKAB 2026 Wajib Diajukan Lewat MinerbaOne, Pelaku Usaha Tambang Tunggu Aturan Turunan
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Karier & Keuangan Besok Jumat 26 September 2025, Banyak Tantangan!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News