Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai perusahaan seluler terbesar di Indonesia, Telkomsel harus tetap agresif untuk memperkuat pasarnya. Digitalisasi yang terjadi secara massif di Indonesia merupakan peluang bagi Telkomsel untuk mengoptimalkan kekuatan infrastrukturnya.
Kiswoyo Adi Joe, Head of Investment Reswara Gian Investa mengatakan, perusahaan telko seperti Telkomsel dan Telkom sebagai induk usahanya, harus memperbesar penetrasi ke sektor digital.
Selain sudah menjadi kebutuhan pasar masa kini, bisnis konektivitas seperti SMS dan seluler mengalami tren yang semakin menurun.
Kiswoyo menilai rencana masuknya Telkomsel ke Gojek sebagai langkah strategis dan taktis. Pertama, hingga kini belum ada perusahaan telekomunikasi yang masuk ke Gojek. Kedua, Gojek merupakan perusahaan layanan on demand terbesar di Indonesia.
Baca Juga: GoFood aplikasi paling ramah pengguna, begini komentar Kominfo
"Dengan masuk ke Gojek, Telkomsel bisa langsung menikmati pasar yang dimiliki Gojek. Strategi ini lebih baik daripada Telkomsel atau Telkom membangun perusahaan digital baru," ujar Kiswoyo dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Beberapa investasi Telkom dan anak usahanya di bisnis digital memang tidak sukses. Contohnya investasi Telkom di platform e-commerce Blanja.com yang tutup awal September lalu.
Sementara investasi Telkom di perusahaan distribusi kartu seluler yaitu PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) juga tekor lantaran perusahaan itu kini menghadapi kebangkrutan.
Investasi Telkom di dua perusahaan tadi cukup besar. Seperti di TELE, total investasi Telkom lewat anak usahanya yaitu PT PINS Indonesia mencapai Rp 1,4 triliun. Sedangkan investasi di Blanja.com yang dilakukan sejak tahun 2012 juga cukup besar.
Di kuartal II 2020, aset PT Metraplasa, yang menaungi Blanja.com hanya tersisa Rp 116 miliar. Sementara di akhir 2019 masih Rp 214 miliar.
"Daripada buka perusahaan baru, belum tentu bisa eksis, Mending investasi di perusahaan digital yang sudah jalan dan punya pasar seperti Gojek," jelas Kiswoyo.
Dengan menjadi pemegang saham Gojek, menurut Kiswoyo, Telkom Group akan memperoleh berbagai keuntungan. Paling gampang, Kiswoyo mencontohkan, driver Gojek nantinya bisa di optimalkan untuk menggunakan nomor Telkomsel. Ini tentu akan memberikan tambahan pelanggan bagi Telkomsel.
"Pasar Gojek yang besar dan matang saat ini bisa dimonetisasi oleh Telkom untuk mengembangkan pasar dan peluang bisnis baru. Dengan demikian, Telkom juga akan memperoleh tambahan pendapatan ke depan," imbuhnya.
Telkomsel sendiri sudah sangat tergantung pada bisnis digital. Ini tergambar dari sumber pendapatan perusahaan yang semakin dominan dari segmen digital.
Baca Juga: Investasi Telkomsel di Gojek bakal perkuat bisnis digital
Hingga semester I 2020 bisnis digital Telkomsel mencapai Rp 31,9 triliun atau tumbuh 13,5 persen dari semester I 2019 sebesar Rp 28,1 triliun. Pendapatan broadband meningkat 14 persen dan layanan digital naik 10 persen.
"Kontribusi bisnis digital Telkomsel terhadap pendapatan Telkom menjadi 72,4 persen dari 62,2 persen tahun lalu," ujar Direktur Keuangan Telkom Heri Supriadi dalam Public Expose Live 2020 Agustus lalu.
Sementara, Gojek sebagai perusahaan layanan on demand terbesar memiliki 177 juta pengguna. Sebuah survey menyebut 1 dari 2 orang Indonesia memiliki aplikasi Gojek. Dan yang menarik, Gojek telah menjadi rumah bagi 500 ribu UMKM dan hampir 2 juta driver.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News