Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - MANDAILING NATAL. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pengawasan pengembangan PLTP Sorik Marapi dengan kapasitas total sebesar 240 MW yang merupakan salah satu proyek strategis nasional dan menjadi bagian dalam Program 35.000 MW maupun Program FTP 10.000 MW Tahap II.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Ida Nuryatin Finahari menjelaskan, PT. Sorik Marapi Geothermal Power (PT. SMGP) selaku pengembang telah berhasil menghubungkan Unit I hingga 45 MW dan menargetkan di tahun 2020 menghubungkan Unit II PLTP Sorik Marapi sebesar 45 MW pada jaringan 150 kV PT. PLN. Ida dalam keterangan resmi Direktorat Jenderal EBTKE mengungkapkan, PT. SGMP juga terus mengembangkan proyek melalui kegiatan pengeboran untuk memperoleh hasil maksimal sesuai potensi sumber daya yang ada.
Baca Juga: Tingkatkan pengembangan EBT, pemerintah perbaiki tata kelola dan dorong industri
“Saya sangat mengapresiasi perkembangan yang telah dicapai oleh PT. SMGP dalam 4 (empat) tahun terakhir terutama keberhasilan dalam menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW kepada jaringan PT. PLN. Saya berharap agar Unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai dengan jadwal dan tentu nya meningkatkan bauran energi di Indonesia,” ungkap Ida, dikutip Rabu (19/2).
Kunjungan ini merupakan bagian dari kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Ditjen EBTKE terhadap semua pembangkit tenaga listrik panas bumi yang akan terhubungkan pada tahun 2020. Kunjungan lapangan akan dilanjutkan pada proyek-proyek PLTP yang direncanakan COD tahun 2020, yaitu proyek PLTP Rantau Dedap Unit 1 (90 MW), Sumatera Barat dan PLTP Sokoria Unit 1 & 2 (2 x 5 MW), Nusa Tenggara Timur.
Menurut Ida, proyek PLTP Sorik Marapi ini dinilai sangat cepat waktu pembangunannya dengan harga keekonomian proyek yang cukup kompetitif. Pembangunan proyek PLTP Sorik Marapi yang cepat ini, terbukti dapat menurunkan BPP Pembangkitan Sistem Sumatera Bagian Utara.
Dengan masuknya Unit I dan Unit II berdasarkan realisasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan pada Sistem Sumatera Bagian Utara bulan Desember 2019 (Rp 1.436,- per kWh), akan menurunkan BPP setempat sekitar Rp. 6,27 per kWh sehingga potensi penghematan atas selisih Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Pembangkitan pada Sistem Sumatera Bagian Utara sekitar Rp 129 milyar per tahun.
Baca Juga: Kementerian ESDM proyeksikan adanya investasi US$ 117 miliar dalam lima tahun
Sekedar informasi, PT SMGP yang mayoritas sahamnya (95%) dimiliki oleh KS Orka Renewables Pte Ltd, perusahaan pengembang dan operator panas bumi yang berbasis di Singapura, memulai proyek ini pada pertengahan tahun 2016.
Dalam tiga setengah tahun terakhir telah menyelesaikan pengeboran sejumlah 23 sumur pada 6 tapak pengeboran dan menghubungkan Unit 1 sampai dengan 45 MW pada akhir 2019, menjadikan PLTP Sorik Marapi sebagai proyek panas bumi tercepat berdasarkan durasi sejak pengeboran sumur pertama (15 Oktober 2016) hingga operasi (COD 1 Oktober 2020) untuk unit I.
Target pengembangan selanjutnya yaitu Unit 2 45 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2020, Unit 3 50 MW akhir tahun 2021, Unit 4 50 MW akhir tahun 2022 dan Unit 5 50 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2023.
Baca Juga: Tahun ini Kementerian ESDM incar pembangunan jargas 266.070 sambungan rumah (SR)
“Saya juga mendorong PT. PGE, PLN, dan pengembang lainnya untuk dapat mempercepat pengembangan proyek PLTP masing-masing agar dapat COD sesuai dengan target yang telah dicanangkan," terang Ida.
Asal tahu saja, sampai dengan akhir tahun 2019, Indonesia telah menghasilkan 2,133 MW tenaga listrik dari sumber daya panas bumi, menduduki peringkat kedua di dunia di bawah Amerika Serikat.
Angka ini diproyeksikan masih akan bertambah seiring dengan perkembangan dari industri panas bumi di Indonesia, mengingat potensi panas bumi di Indonesia yang masih belum dikembangkan sepenuhnya.
Baca Juga: Mulai naik, harga gas alam masih bisa melorot lagi
Ida menambahkan, pengembangan energi baru dan terbarukan merupakan program yang menjadi prioritas bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan energi yang tidak berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News