Reporter: Maria Elga Ratri | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Jika di pasar harga daging ayam terbang 32%, dari Rp 25.000 menjadi Rp 33.000 per kilogram (kg) menjelang Ramadan, di peternak harga ayam sejatinya cuma naik 9,04%. Jika sebelumnya, harga daging ayam di peternak hanya Rp 18.800 per kg ini, kini mencapai Rp 20.500 per kg.
Hartono, Ketua Umum Pusat Informasi Pasar Unggas Nasional (Pinsar) mengatakan, kenaikan harga ayam terpicu kenaikan biaya produksi tinggi. Sedang permintaan ayam belum menunjukan kenaikan. "Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) juga meningkatkan biaya distribusi," ujar Hartono kepada KONTAN, Selasa (2/7).
Ia menjelaskan, dalam dua bulan terakhir, harga bibit ayam mengalami kenaikan. Semula bibit ayam dipatok sebesar Rp 4.000 per ekor. Kini, harga bibit ayam terbang tinggi ke level Rp 7.250 per ekor. Belum lagi ditambah dengan komponen pakan seperti jagung dan kedelai. Harga kedelai mengalami lonjakan karena nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar.
Karenanya, Hartono menganggap kenaikan harga ayam di pasaran cukup wajar. Menurutnya, jika dibandingkan dengan sumber protein lain seperti daging sapi dan ikan, ayam atau unggas lainnya mengalami kenaikan paling sedikit. "Coba bandingkan dengan kondisi tiga tahun lalu. Perbandingan persentase harga ayam dan daging sapi justru semakin turun," kata Hartono.
Selama ini peternak selalu dirugikan dengan tingginya biaya produksi namun mendapat tekanan konsumen jika harga jual ayam naik.
"Pemerintah seharusnya memiliki regulasi untuk menekan harga pakan seperti jagung. Regulasi pemerintah sekarang buat harga jagung mahal," tukasnya.
Ia menjamin persediaan ayam cukup hingga hari raya Idul Fitri. Jika biaya produksi terus naik, dan permintaan meningkat tajam, harga ayam saat Lebaran bisa mencapai Rp 45.000 per kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News