Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tak mau berlama-lama merugi, PT Berlina Tbk mulai pasang badan dan siap untuk mengantongi cuan Rp 1,4 triliun tahun ini. Tahun lalu perseroan hanya berhasil membukukan penjualan Rp 1,28 triliun atau naik 2% dibanding tahun sebelumnya Rp 1,26 triliun.
Tidak tercapainya target tersebut juga membuat perseroan alami rugi tahun berjalan sebesar Rp 7,16 miliar, padahal di tahun sebelumnya Berlina bisa peroleh laba tahun berjalan Rp 56,97 miliar.
Selain itu penyebab lainnya dari harga bahan baku plastik yang turun sehingga perseroan harus ikut menyesuaikan harga jualnya.
Direktur Independen Berlina Roberto Bernhardeta mengatakan tahun lalu masalahnya cukup komplikasi dari kurs, upah tenaga kerja, dan daya beli masyarakat yang belum membaik.
"Tahun lalu hampir tiap kuartal kurs selalu naik ditambah upah tenaga kerja yang juga naik," kata Roberto, Kamis (23/6).
Berlina mencatatkan kerugian selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 38,9 miliar. Makanya perseroan tidak berhasil mencapai target pertumbuhan 15-20%. Asal tahu, rata-rata harga jual plastik dan tube naik masing-masing 0,1% dan 16% sehingga volume penjualan plastik dan tube menurun 1-2%.
Selain itu tidak tercapainya target pertumbuhan dikarenakan stagnasi permintaan pelanggan akibat kondisi ekonomi yang melambat. Untuk menghadapi masalah yang sama di tahun ini, Berlina mulai menjajaki pelanggan-pelanggan baru yaitu di industri bahan bangunan.
Roberto mengklaim saat in ini pelanggan baru tersebut sudah berhasil didapat sehingga perseroan optimis bisa menambah volume penjualan menjadi 10-15% sepanjang tahun ini.
Meski laporan keuangan kuartal pertama belum dirilis, Roberto mengaku ada kenaikan penjualan 10-11% dibanding periode sama tahun lalu. Sementara laba bersih juga naik tinggi.
Saat ini Berlina mengoperasikan tujuh pabrik termasuk pabrik di China. Total kapasitas terpasang dari pabrik plastik sebesar 38.700 metrik ton dan 800 juta tube per tahun.