kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

KA Bandara, sudah ada iming-iming diskon tetap saja susah penuh penumpang


Selasa, 30 Juli 2019 / 19:43 WIB
KA Bandara, sudah ada iming-iming diskon tetap saja susah penuh penumpang


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Khomarul Hidayat

Pengalaman Kontan.co.id, untuk mencapai Senayan dari Bandara Soekarno-Hatta saja, kami harus merogoh kocek Rp 75.000. Rinciannya Rp 70.000 tiket KA Bandara dan Rp 5.000 tiket MRT Dukuh Atas-Senayan. Padahal kalau menggunakan Bus Damri hanya Rp 40.000 saja dari Bandara Soekarno Hatta.

Dari 12 baris gerbong tengah dengan konfigurasi empat kursi per baris, hanya terisi sekitar 30% saja.

Baca Juga: KAI akan sambungkan jalur kereta api Bandung dan Cirebon langsung ke Bandara Soetta

Pemerintah memang memiliki persoalan besar di sektor transportasi, sebab untuk memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum diperlukan kebijakan yang tepat. Apalagi, saat ini ketergantungan masyarakat terhadap transportasi umum masih sangat rendah.

Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) mengatakan pemerintah harus memaksa masyarakat untuk beralih ke transportasi umum. Ia melihat, KA Bandara yang load factor-nya baru menyentuh 13% menandakan antusiasme masyarakat yang kurang.

"KA Bandara belum maksimal karena naiknya dari BNI City, padahal dirancang naiknya dari Manggarai. Akses ke Manggarai juga harus bagus, kalau aksesnya tidak bagus penumpang juga hilang," ujarnya.

Ia menyebut perlu ada kebijakan push and pull strategies untuk memindahkan penguna kendaraan pribadi ke transportasi umum. Mulai dari pemberlakuan road pricing, pembatasan kendaraan bermotor hingga pembatasan parkir on street.

Baca Juga: Perpres mobil listrik masih tersendat, Jonan sebut masih ada perdebatan antar menteri

Selain itu, optimalisasi angkutan rel serta integrasi antarmoda, restrukturisasi angkutan bus kecil, penertiban angkutan liar sampai peningkatan kualitas pedestrian perlu dilakukan. Jadi persoalan transportasi tak hanya tarif tetapi juga kebijakan yang mendukung.

"Tidak hanya menyediakan moda transportasi baru saja, tetapi harus berani memindah," lanjutnya.

Di luar itu, saat ini masyarakat Jakarta sudah terlalu bergantung dengan sepeda motor. Sehingga pemberlakuan tarif selalu dinilai berdasarkan cost penggunaan sepeda motor. Padahal tarif transportasi umum yang ada saat ini masih cukup terjangkau.

"Masalah tarif transportasi umum menurut saya murah ya, cuma keengganan berjalan kaki itu luar biasa. Keluar saja harus naik sepeda motor ini sulitnya, susah sekali mengalihkan itu kecuali ada pembatasan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×