Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya mempercepat transisi ke energi bersih, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengadakan pertemuan strategis dengan pemerintah Amerika Serikat.
Pertemuan ini dihadiri oleh Asisten Menteri Keuangan AS, Alexia Latortue, yang membahas peluang dan tantangan investasi hijau di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.
Pada pertemuan tersebut, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Kemaritiman, Investasi, dan Luar Negeri Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, menjelaskan banyaknya peluang dan potensi investasi yang dimiliki Indonesia dalam sektor energi terbarukan. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki NBS (Nature Based Solutions) terbesar kedua di dunia setelah Brazil, hingga 1,5 GtCO2/tahun.
Baca Juga: Amazon Klaim Turunkan Total Emisi pada 2023 Melalui Energi Terbarukan
“Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan dengan total 3.686 GW, yang terdiri dari tenaga surya sebesar 3.295 GW, tenaga air 95 GW, bioenergi 57 GW, tenaga angin 155 GW, energi panas bumi 24 GW, dan energi laut 60 GW," ujar Shinta dalam siaran tertulis, Kamis (11/7).
Namun, dari kapasitas tersebut, baru 12,54 MW yang telah dimanfaatkan. Shinta menekankan pentingnya mengembangkan potensi ini untuk menjadikan Indonesia pemimpin dalam transisi global menuju energi terbarukan.
Ketua Pokja Transisi Energi Kadin Indonesia, Anthony Utomo, menambahkan bahwa investasi AS di Indonesia dapat meningkatkan kapasitas energi terbarukan, pengembangan teknologi hijau, serta menarik investasi dari negara lain. Namun, tantangan seperti peningkatan infrastruktur, regulasi yang mendukung, dan kesiapan sumber daya manusia perlu diatasi.
Pokja Transisi Energi Kadin telah menyiapkan tiga inisiatif utama untuk menarik investor lokal dan global: Pertama, implementasi Green Development Initiative dengan mengembangkan strategi menuju ekosistem industri hijau yang berkelanjutan dengan penggunaan energi bersih.
Baca Juga: Pertamina Geber Proyek Energi Transisi Green Refinery Cilacap
Kedua, pengembangan Renewable Energy Manufacturing dengan mendukung kemandirian teknologi rantai pasok domestik untuk pengembangan energi bersih sesuai roadmap TKDN Indonesia.
Ketiga, akselerasi Distributed Energy dengan mempercepat distribusi energi bersih untuk konsumsi industri dan mendorong penggunaan solusi inovatif.
Anthony optimistis inisiatif-inisiatif ini akan meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia dan menciptakan nilai tambah bagi investor. Investasi AS sebesar US$ 500 juta dalam pembuatan panel surya di Indonesia menunjukkan potensi investasi yang menjanjikan di sektor EBT.
Pada 2023, Indonesia menjadi penerima investasi hijau terbesar di Asia Tenggara dengan total hampir US$1,6 miliar, menyumbang 25% dari total investasi di kawasan tersebut.
Baca Juga: Barito Renewable Akan Terus Ekspansi di Bisnis EBT
Amerika Serikat telah berinvestasi sebesar US$9,4 miliar di Indonesia sejak 2018 hingga triwulan pertama 2023, menciptakan 82.299 lapangan kerja dari 5.683 proyek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News