Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) menyebut segmen kawasan industri masih membutuhkan waktu untuk bisa bergerak kembali. Hingga kuartal I 2020, segmen usaha tersebut belum berkontribusi ke pendapatan DILD.
Sekretaris Perusahaan Intiland Development Theresia Rustandi menyebutkan secara umum Indonesia menjadi salah satu opsi untuk relokasi industri dari negara lain. "Namun, di sisi lain peraturan dan persoalan ketenagakerjaan juga menjadi pertimbangan yang tidak kalah pentingnya bagi para investor," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (18/6).
Ditambah lagi dengan pandemi virus corona yang menghantam berbagai negara sehingga menghambat perkembangan permintaan lahan di kawasan industri. Hal tersebut mengakibatkan investor sulit bergerak antar negara untuk melakukan survei.
Baca Juga: Laba Intiland Development (DILD) melompat 74,47% di kuartal I-2020
"Untuk melakukan investasi dengan nilai cukup besar, mereka biasanya harus melihat lokasi secara langsung," lanjutnya. Akibatnya, sepanjang kuartal I 2020 lalu, segmen bisnis kawasan industri belum memberikan kontribusi pada kinerja Intiland.
Menilik laporan keuangan DILD, selama kuartal I 2020 lalu, segmen kawasan industri tidak mencatatkan pendapatan. Padahal di periode sama tahun lalu, segmen tersebut berkontribusi sebesar Rp 62,4 miliar.
Untuk kawasan industri, DILD memasarkan Ngoro Industrial Park (NIP) di Mojokerto. Soal pengembangan di tahun ini, Theresia tidak menjelaskannya secara gamblang.
Yang jelas, NIP memiliki luas 500 ha dengan lahan yang telah dikembangkan seluas 400 ha. Adapun beberapa tenant yang sudah masuk ke sana seperti Unicharm, Mitsui, Hitachi, HB Fuller, Yakult, Roman Ceramic, Mulia Ceramic, Cort Indonesia dan Toyota Astra Motor.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) berharap kebijakan bekerja dari rumah segera berakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News