Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesatnya adopsi kecerdasan buatan generatif (GenAI) di Asia Pasifik tidak hanya membuka peluang efisiensi bisnis, juga menciptakan lanskap risiko baru.
Banyak organisasi kini mulai bergerak dari tahap eksperimen menuju implementasi skala besar. Ini sebuah lompatan yang memerlukan kesiapan keamanan, tata kelola data, hingga kemampuan pemulihan yang lebih kuat.
Namun, penerapan kecerdasan buatan generatif di Asia Pasifik mendorong munculnya risiko baru dalam pengelolaan data serta integrasi sistem.
Bryce Boland, Head of Security Solution Architecture AWS untuk Asia Pasifik dan Jepang mengatakan, perusahaan kini menghadapi volume data sensitif yang semakin besar seiring pemanfaatan Gen AI.
Baca Juga: Tantangan Semakin Berat, UMKM Bisa Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Berkembang
Menurutnya, ancaman seperti phishing dan deepfake berkembang lebih cepat, tetapi prinsip keamanan tradisional tetap penting. “Entitas perlu memahami, data mereka disimpan, bagaimana diakses, dan risiko apa yang ada,” ujarnya, Jumat (28/11). Ia menekankan pentingnya otomatisasi untuk deteksi dan perbaikan ancaman agar tim keamanan dapat bekerja lebih efisien.
Saat penggunaan Gen AI naik ke skala produksi, perusahaan dihadapkan pada tiga kebutuhan: menjaga ketahanan sistem, menyederhanakan struktur identitas dan akses, serta memastikan keamanan yang mampu mengikuti kecepatan inovasi AI.
Di sektor jasa keuangan, fokus utama adalah kepatuhan dan perlindungan data. Sementara perusahaan digital-native menekankan keamanan yang terintegrasi sejak awal agar tetap bisa berinovasi dengan cepat.
Selanjutnya: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (29/11), Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (29/11), Siaga Hujan Sangat Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













