Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan pembatasan ekspor atau Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) sebesar 350.000 ton yang dilakukan oleh International Tripartite Rubber Council (ITRC) masih belum efektif kerek harga karet.
"AETS belum efektif kerek harga karet," ujar Ketua Umum Dewan Karet Indonesia (Dekarindo), Azis Pane kepada KONTAN, Kamis (8/2).
Pemangkasan ekspor tersebut belum efektif dikarenakan stok yang dimiliki oleh negara konsumen karet masih melimpah. Azis bilang China dan Jepang sebagai konsumen karet terbesar masih menyimpan stok yang besar.
Selain itu penerapan AETS yang diikuti hanya tiga negara ITRC yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia dinilai masih belum bisa mengendalikan harga. Azis bilang Vietnam perlu disertakan bahkan juga bagi negara yang baru memulai produksi karet seperti Laos dan Kamboja.
Saat ini ITRC hanya menguasai pasar sebesar 71% Namun, bila dikembangkan dengan mengajak Vietnam, Laos, dan Kamboja maka pasar yang dikuasai bisa mencapai 90%.
"Kita perlu membuat ASEAN rubber consortium agar lebih kuat dalam menentukan harga," terang Azis.
Harga karet saat ini sebesar US$ 1,94 per kilogram (kg). Azis bilang, pekan lalu harga karet sempat pada posisi di atas US$ 2 per kg.
Selain harga, rencana pemerintah meningkatkan ekspor dengan imbal dagang pun disambut baik. Namun, azis mengingatkan agar imbal dagang tersebut harus diperhatikan agar menguntungkan.
Sebelumnya Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita menyebutkan salah satu langkah untuk meningkatkan ekspor adalah dengan melakukan barter. Berbagai komoditas unggulan Indonesia akan ditawarkan salah satunya adalah karet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News