kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -10.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kebijakan bea keluar CPO mengerek industri hilir


Selasa, 27 November 2012 / 08:42 WIB
Kebijakan bea keluar CPO mengerek industri hilir
ILUSTRASI. Corona di India. REUTERS/Danish Siddiqui


Reporter: Handoyo, Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Tarif bea keluar (BK) minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk Desember 2012 tak berubah. Kementerian Perdagangan memutuskan, BK CPO bulan depan hanya 9% atau sama dengan posisi November.

Adapun Harga Patokan Ekspor (HPE) CPO di Desember nanti adalah US$ 754 per metrik ton. Rendahnya BK tidak lain karena harga rata-rata CPO pada November hanya US$ 825,34 per ton.

Sahat Sinaga, Ketua Umum Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), menilai, penerapan BK CPO secara progresif berdampak positif bagi industri hilir atau refinery. Hitungan GIMNI, nilai investasi yang masuk ke industri hilir sawit Indonesia telah mendekati US$ 1,02 miliar hingga akhir tahun ini. GIMNI juga memprediksi, investasi industri hilir sawit di Indonesia selama periode 2013 hingga 2015 mencapai US$ 2,03 miliar.

Industri hilir CPO juga didukung bertambahnya jumlah perusahaan refinery di Indonesia. GIMNI mencatat, perusahaan refinery di Indonesia pada 2011 sebanyak 93 perusahaan, tahun ini bertambah menjadi 113 perusahaan dan tahun depan bisa menjadi 125 perusahaan.

Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, MP Tumanggor, menyatakan, Wilmar telah berinvestasi senilai US$ 40 juta di industri hilir sawit pada tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×