Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penggunaan gas melalui PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengalami peningkatan. Selama Semester I-2018, kebutuhan gas dari sektor rumah tangga, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), komersial (mall/hotel), industri dan pembangkit listrik yang menggunakan gas dari PGN Group mengalami peningkatan dobel digit.
Direktur Komersial PGN, Danny Praditya mengatakan, kontribusi pertumbuhan datang dari sektor pembangkit listrik, industri dan ritel. “Indikasinya ada pertumbuhan double digit compared to YoY 2017. Pembangkit kurang lebih 30%, sisanya ritel dan industri,” terang Danny kepada Kontan, Minggu (12/8).
Lebih lanjut, Sekretaris Perusahaan PGN, Rachmat Hutama menjelaskan bahwa kebutuhan gas pada lima sektor tersebut yang menggunakan gas dari PGN Group selama Semester I-2018 adalah sebesar 835 Bbtud.
Kebutuhan gas dalam periode itu mengalami peningkatan sebesar 86 Bbtud dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. “Semester I-2017 yaitu sebesar 749 Bbtud atau terjadi peningkatan sebesar 12%,” ungkap Rachmat.
Rachmat juga menerangkan, proyeksi penyaluran gas pada periode Semester II-2018 adalah sebesar 817 Bbtud. Sementara untuk penyaluran pada tahun 2019, diproyeksikan sebesar 830 Bbtud yang meliputi wilayah penyaluran Medan, Batam, Pekanbaru, Dumai, Lampung, Palembang, Jakarta, Semarang, Blora, Tarakan, Sorong, Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar).
Menganai harga gas untuk industri di daerah yang terakhir disebut, yakni Jabar, pasalnya pelaku industri ada yang meminta harga gas di sana bisa lebih kompetitif.
Menilik pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, pelaku industri seperti dari Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) misalnya, mengharapkan harga gas bakal kompetitif.
Sebelumnya, asosiasi pernah meminta setidaknya harga gas antara area Jawa Barat dan Jawa Timur bisa sama. Menurut Ketua Umum Asaki, Elisa Sinaga, bedanya bisa 13%, dimana Jabar sekitar US$ 9,16/mmbtu dan Jatim US$ 7,98/mmbtu.
Namun, menurut Danny Praditya, harga gas di sana belum ada penyesuaian. “Saat ini masih harga yang sama. (Untuk soal proyeksi Semester II-2018) Inshaa Allah bisa stabil dan melebihi target RKAP,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News