kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.193   52,26   0,73%
  • KOMPAS100 1.105   10,19   0,93%
  • LQ45 877   10,63   1,23%
  • ISSI 221   0,76   0,35%
  • IDX30 448   5,44   1,23%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,28   1,02%
  • IDXV30 134   0,28   0,21%
  • IDXQ30 149   1,42   0,96%

Kebutuhan Gas Meningkat, Infrastruktur Masih Jadi Tantangan


Rabu, 14 Juni 2023 / 14:10 WIB
Kebutuhan Gas Meningkat, Infrastruktur Masih Jadi Tantangan
ILUSTRASI. Persoalan kesiapan infrastruktur dinilai masih menjadi tantangan dalam optimalisasi penggunaan gas di tengah transisi energi.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persoalan kesiapan infrastruktur dinilai masih menjadi tantangan dalam optimalisasi penggunaan gas di tengah transisi energi. Chairman Indonesia Gas Society (IGS), Aris Mulya Azof mengatakan, permintaan gas sejatinya sudah mulai bertumbuh.

Hanya saja, persoalan infrastruktur dan kontinuitas pasokan masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi.

“Jadi kalau di kita itu di Indonesia itu maslahah pertama biasa masalah supply, tidak kontinu, artinya terputus-putus. Kedua kurangnya infrastruktur, misal di daerah A ada market tapi infrastrukturnya tidak ada, yang ketiga affordability atau kemampuan Indonesia tuk menyerap/membeli dengan harga yang wajar sesuai keekonomian dari hulu,” ujar Aris saat ditemui di sela acara 10th Indogas and Power 2023: Indonesia Gas Conference and Exhibition di Hotel Westin, Jakarta, Selasa (13/6).

Baca Juga: Tahun 2024, Lifting Migas Ditargetkan Mencapai 1.676 Ribu BOEPD

Persoalan infrastruktur mengemuka di tengah potensi meningkatnya kebutuhan gas. Deputi Keuangan dan Komersialisasi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kurnia Chairi mengatakan, gas memiliki peran yang penting selama transisi energi ke energi bersih.  

Itulah sebabnya, dalam proyeksi kebutuhan energi yang diperkirakan meningkat di tahun 2050 nanti, volume kebutuhan gas juga diperkirakan bakal naik.

“Volume kebutuhan minyak dan gas bakal masih meningkat hingga 2050 seiring kenaikan permintaan energi. Dalam hal ini volume kebutuhan minyak bakal meningkat lebih dari 139%, sementara gas naik 298% pada 2050,” kata Kurnia di acara yang sama.

Direktur Pembinaan Program Migas Ditjen Migas Kementerian ESDM Mustafid Gunawan menambahkan, pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan dan masih akan menyiapkan kebijakan lainnya untuk mendukung pemanfaattan potensi gas bumi.

Selain itu, lanjut Mustafid,  kebijakan yang diluncurkan juga diarahkan untuk  menggenjot kawasan industri yang berbasis gas.

“Lokasinya nanti akan berdekatan dengan sumber gas alam, kita harap industrinya bisa makin efisien," jelas Mustafid.

Menurut Mustafid, ada  empat prioritas utama untuk Bisnis Gas Indonesia. Pertama, percepatan pemanfaatan gas domestik. Pemanfaatan gas domestik pada  2022 mencapai 68% dari total gas yang dimonetisasi dengan mendongkrak penciptaan permintaan gas bumi.

Kedua, mengamankan pasokan gas  dan LNG untuk menambah cadangan gas Indonesia dengan mengintensifkan kegiatan hulu migas.

Adapun ketiga, mengintegrasikan infrastruktur gas dan menciptakan solusi yang inovatif. Misalnya, jalur transmisi dan distribusi, lebih dari 1.000 MMSCFD infrastruktur regas, LNG Skala Kecil, LNG dalam tangki portabel, dan juga LNG untuk truk telah dibangun.

"Keempat, menyediakan gas yang andal dan terjangkau bagi pelanggan akhir dengan menciptakan konstruksi pipa distribusi yang hemat biaya dan marjin perdagangan yang adil serta mengatur harga gas untuk sektor strategis, seperti listrik, rumah tangga, transportasi, dan industri terpilih," jelas Mustafid.

Baca Juga: Negosiasi Pengalihan Hak Partisipasi Shell di Masela Sudah Ada Titik Temu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×