Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang Kemaritiman mengatakan rendahnya harga garam di tingkat petani saat ini disebabkan oleh mutu garam yang rendah.
Deputi bidang Sumber Daya Alam dan Jasa Kemenko Maritim Agung Kuswandono mengatakan, saat ini garam rakyat yang diproduksi masih ada yang memiliki kualitas 2 (KW 2) dan kualitas 3 (Kw 3).
Menurut Agung, garam dengan kualitas 2 memiliki kadar natrium klorida (NaCl) sebesar 90% hingga 95%, sementara garam KW 3 memiliki kadar NaCl kurang dari 90%. Kualitas garam tersebut berbeda dengan garam KW 1 memiliki kadar 95% hingga 98%.
Sementara, kadar NaCl sesuai dengan standar mutu garam sesuai dengan SNI 01-4435-2000 tentang garam bahan baku untuk industri garam beryodium sebesar 94,7%, dalam SNI 01-3556-210 tentang garam konsumsi beryodium sebesar 94% dan sesuai SNI 0303-2012 tenang garang industri CAP kadar NaClnya sebesar 96%.
"Jadi yang rendah itu garam KW 2 dan KW 3. Garam yang diserap oleh PT garam itu KW 1, yang diserap oleh perusahaan itu bisa KW 1 sampai KW 3. Tetapi kalau yang diserap KW 2 atau KW 3 ya harganya akan jauh lebih rendah. Karena rendemennya semakin kecil," terang Agung, Jumat (12/7).
Agung pun membantah ucapan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang mengatakan bahwa rendahnya harga garam saat ini disebabkan impor yang terlalu tinggi.
Menurutnya, hingga saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa impor garam mengalami kebocoran.
Tak hanya itu, Agung pun mengatakan hingga saat ini impor garam masih dibutuhkan mengingat kebutuhan garam nasional sebanyak 4,7 juta ton sementara produksi garam di dalam negeri masih sebesar 2,7 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News