kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.754   23,00   0,14%
  • IDX 8.398   9,27   0,11%
  • KOMPAS100 1.163   -0,02   0,00%
  • LQ45 846   -0,86   -0,10%
  • ISSI 293   1,19   0,41%
  • IDX30 445   -1,38   -0,31%
  • IDXHIDIV20 511   -2,29   -0,45%
  • IDX80 131   0,00   0,00%
  • IDXV30 138   -0,01   -0,01%
  • IDXQ30 141   -0,50   -0,35%

Kemenperin Mendorong Industri Farmasi dan Kosmetik Agar Bisa Mandiri Berkelanjutan


Kamis, 13 November 2025 / 08:07 WIB
Kemenperin Mendorong Industri Farmasi dan Kosmetik Agar Bisa Mandiri Berkelanjutan
ILUSTRASI. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan industri farmasi dan kosmetik melalui pemanfaatan bahan baku dari dalam negeri. Kemenperin menggelar Indonesia Pharmaceuticals and Cosmetics for Sustainability (IPCS) 2025 untuk mengungkap kinerja dan potensi industri farmasi dan kosmetik nasional.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan IPCS 2025 bertujuan untuk menjadi wadah memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan. IPCS 2025 sekaligus mendorong agar industri farmasi dan kosmetik bisa mengikuti perkembangan zaman yang semakin menyadari pentingnya penerapan prinsip keberlanjutan dalam proses produksinya.

"Arah pembangunan industri tidak lagi hanya berbicara tentang efisiensi dan profit, tetapi juga tentang dampak sosial dan lingkungan. Kita harus memperkuat hilirisasi, memperluas inovasi dan mempercepat transformasi menuju industri yang mandiri, inklusif dan hijau," kata Agus dalam pembukaan IPCS 2025, Rabu (12/11/2025).

Baca Juga: Menakar Peluang Ekonomi dari Industri Konten Kreator di Indonesia

IPCS 2025 akan berlangsung pada 12 - 14 November 2025 yang berlokasi di Plasa Industri Kemenperin, Jakarta. Dalam kesempatan ini, Agus menyoroti perlunya hilirisasi bahan-bahan farmasi dan kosmetik dengan menggali potensi lokal seperti minyak atsiri, rempah dan tanaman obat.

Strategi ini penting untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, sekaligus menciptakan rantai pasok yang lebih kuat, efisien dan berkelanjutan. Kemenperin juga memfasilitasi pengembangan pilot plant bahan baku obat dan kosmetik, serta membangun center of excellence untuk riset dan pengujian bahan alam.

"Langkah ini merupakan bagian dari strategi besar industrialisasi dan hilirisasi sektor kesehatan nasional, yang pada akhirnya akan memperkuat kemandirian dalam bidang farmasi dan kosmetika," terang Agus.

Pada kesempatan yang sama, Taufiek Bawazier, Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin mengungkapkan bahwa pemerintah ingin secara bertahap mengurangi ketergantungan impor bahan baku obat dari luar negeri. Porsi impor bahan baku untuk obat yang berbasis kimia masih tinggi, mencapai sekitar 80%, yang mayoritas berasal dari China dan India.

"Bahan baku farmasi masih tergantung dengan impor karena memang dari hulunya, petrokimia juga impor. Misalnya dari aromatik seharusnya bisa menghasilkan bahan baku obat. Tentu kami coba mensubstitusi dari bahan baku kimianya. Di hilirnya, sekitar 90% obat itu sudah dihasilkan di Indonesia," terang Taufiek.

Secara bersamaan, Kemenperin mendorong hilirisasi untuk memanfaatkan potensi bahan baku obat dari dalam negeri. Taufiek bilang, sekitar 10%-15% pelaku industri sudah mengarah kepada hilirisasi potensi lokal untuk memproduksi obat dan farmasi berbasis bahan alami.

Baca Juga: Intip Strategi Aspirasi Hidup Indonesia (ACES) Maksimalkan Penjualan pada Akhir 2025

Sejumlah pelaku industri juga sudah berhasil menembus pasar ekspor. "Jadi ada dua jurusan, yang berbasis kimia perkuat dari hulunya di dalam negeri, yang dari bahan alami juga terus diperkuat. Kemenperin terus mendorong penciptaan nilai tambah baru untuk dua jurusan itu, (produk farmasi berbasis) kimia dan bahan alam," kata Taufiek.

Di sisi yang lain, Agus menyampaikan bahwa pengembangan industri farmasi dan kosmetik juga perlu selaras dengan pengembangan industri halal yang memiliki potensi besar secara global. Menurut Agus, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat industri halal global (global halal hub), terutama di sektor kosmetik dan produk berbasis bahan alami.

Apalagi, mulai Oktober tahun 2026, kebijakan Sistem Jaminan Produk Halal akan diberlakukan secara wajib untuk produk kosmetik dan obat bahan alam. "Kebijakan ini merupakan tonggak penting dalam memastikan kualitas, keamanan, dan kehalalan produk yang beredar di masyarakat, sekaligus memperkuat kepercayaan konsumen di pasar domestik dan global," jelas Agus.

Agus membeberkan, potensi ekonomi industri halal di pasar global sangat besar. Dia menggambarkan pada tahun 2023 konsumsi umat Muslim di enam sektor ekonomi syariah menembus US$ 2,43 triliun. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 3,36 triliun pada tahun 2028.

Adapun, konsumsi farmasi halal diprediksi mencapai US$ 149 miliar pada tahun 2028, dari sebelumnya US$ 107 miliar pada 2023. Sementara untuk konsumsi kosmetik halal mencapai US$ 87 miliar pada tahun 2023, dan diproyeksi akan melonjak menjadi US$ 118 Miliar pada tahun 2028.

Selanjutnya: Bakmi GM Bertabur Promo Spesial Selama November 2025, Ini Daftarnya

Menarik Dibaca: Bakmi GM Bertabur Promo Spesial Selama November 2025, Ini Daftarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×