kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   -12.000   -0,63%
  • USD/IDR 16.280   21,00   0,13%
  • IDX 6.944   39,53   0,57%
  • KOMPAS100 1.011   9,10   0,91%
  • LQ45 769   6,42   0,84%
  • ISSI 230   2,11   0,93%
  • IDX30 395   2,10   0,54%
  • IDXHIDIV20 455   1,70   0,37%
  • IDX80 113   1,22   1,09%
  • IDXV30 115   1,19   1,05%
  • IDXQ30 128   0,74   0,59%

Kemenperin Ungkap Potensi Minyak Atsiri, Nilai Ekspor Tembus US$ 259,54 Juta


Rabu, 09 Juli 2025 / 17:24 WIB
Kemenperin Ungkap Potensi Minyak Atsiri, Nilai Ekspor Tembus US$ 259,54 Juta
ILUSTRASI. (KONTAN/Baihaki) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan industri minyak atsiri yang memiliki potensi besar di Indonesia.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan industri minyak atsiri yang memiliki potensi besar di Indonesia. Pasalnya, dari 97 jenis tanaman atsiri yang dikenal di dunia, sekitar 40 jenis tumbuh subur di Indonesia.

Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian, M. Rum, mengungkapkan dari jumlah tersebut, setidaknya ada 25 jenis tanaman atsiri yang telah dibudidayakan secara komersial. Di antaranya adalah nilam, sereh wangi, cengkeh, pala, hingga kenanga. 

"Dengan dukungan kondisi agroklimat dan warisan budaya yang kuat, kita memiliki fondasi kokoh untuk membangun industri atsiri yang berdaya saing tinggi," kata Rum saat mewakili Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita untuk meresmikan Aromatika Indofest 2025 di Kantor Kemenperin, Rabu (9/7).

Baca Juga: Kemenperin Targetkan Net Zero Emission Industri pada 2050, Begini Strateginya

Rum menjelaskan, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai US$ 259,54 juta pada tahun 2024. Minyak nilam menjadi komoditas utama yang menyumbang sekitar 54% atau senilai US$ 141,32 juta. Produk atsiri lain yang menopang ekspor di antaranya minyak cengkeh, pala, cendana, dan sereh wangi.

Secara global, Indonesia menduduki peringkat ke-8 sebagai negara eksportir minyak atsiri dunia, dengan kontribusi sebesar 4,12% terhadap pasar global. Hanya saja, sebagian besar produk yang diekspor masih berupa bahan baku mentah.

"Oleh karena itu, penguatan hilirisasi menjadi urgensi strategis agar nilai tambah dari sektor ini dapat dinikmati di dalam negeri dan memperkuat struktur industri nasional yang berdaya saing," ujar Rum.

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Krisna Septiningrum mengungkapkan ekspor minyak atsiri Indonesia menyasar sejumlah negara. Mulai dari India, China, Amerika Serikat hingga beberapa negara di Eropa.

Menurut Krisna, peluang pengembangan pasar ekspor sangat terbuka, sejalan dengan meningkatnya tren permintaan produk berbasis minyak esensial (essential oil). "Nanti bisa kita kembangkan lagi (ekspor minyak atsiri) lebih dari negara-negara itu," kata Krisna.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menambahkan, tren global saat ini menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan. Industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, hingga health and wellness menjadi pasar potensial yang terus tumbuh, dengan nilai pasar global yang meningkat 10% pada tahun 2024.

Sedangkan dari sisi produksi, total kapasitas produksi minyak atsiri nasional mencapai 26.398 ton per tahun. Industri minyak atsiri tersebar di berbagai daerah dari Aceh hingga Papua. Didukung lebih dari 3.000 unit penyulingan, yang menyerap lebih dari 200.000 tenaga kerja, yang mayoritas digeluti oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM).

Aromatika Indofest 2025

Meski punya potensi besar, tapi Krisna mengamini pengembangan industri minyak atsiri masih dibayangi sejumlah tantangan. Mulai dari terbatasnya diversifikasi produk hilir, ketersediaan bahan baku berstandar, akses pasar global yang terbatas, serta kebutuhan penguatan sumber daya manusia.

Sebagai respons atas tantangan tersebut, Kemenperin menggulirkan berbagai kebijakan strategis. Antara lain penetapan industri atsiri sebagai sektor prioritas dalam RIPIN, fasilitasi investasi dan hilirisasi melalui insentif fiskal, penyusunan regulasi mutu (SNI dan SKKNI), perbaikan rantai pasok dan pembuatan database atsiri nasional berbasis web.

Selain itu, Kemenperin juga mendorong peningkatan branding dan promosi global, serta penguatan pendidikan vokasi dan pusat inovasi hilirisasi. Salah satu wujud dari dukungan terhadap industri minyak atsiri adalah dengan menyelenggarakan Aromatika Indofest 2025.

Agenda yang mengusung tema “Aroma Nusantara: Wangi Alami, Karya Anak Negeri” ini berlangsung di Kantor Kemenperin Jakarta pada 9 Juli – 11 Juli 2025. Aromatika Indofest 2025 menghadirkan pameran produk atsiri dari hulu hingga hilir, talkshow, workshop, hingga kompetisi parfum berbasis bahan lokal.

"Atsiri merupakan industri yang sedang berkembang. Kami ingin mengumpulkan dan membentuk ekosistem terlebih dulu. Memperkenalkan lebih luas, sekaligus mempertemukan mereka yang berbasis hulu dan hilir serta business matching dengan potential buyer," tandas Krisna.

Baca Juga: Kemenperin: Tak Ada PHK, Panasonic Indonesia Jadi Basis Ekspor ke 80 Negara

Selanjutnya: Hartadinata Abadi (HRTA) Jadi Pemasok Emas BSI Gold, Cermati Rekomendasi Sahamnya

Menarik Dibaca: Alibaba Cloud Jalin Kemitraan Baru dengan Beragam Platform Tranformasi Teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×