kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga komoditas pacu permintaan alat berat


Selasa, 12 Oktober 2021 / 17:10 WIB
Kenaikan harga komoditas pacu permintaan alat berat
ILUSTRASI. Industri alat berat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga sejumlah komoditas ternyata cukup menggairahkan industri alat berat di Indonesia. Permintaan produk alat berat pun mengalami peningkatan akhir-akhir ini.

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamalaudin menyatakan, di tengah meningkatnya harga komoditas, pihaknya tetap mempertahankan target produksi alat berat nasional di tahun 2021 sekitar 6.000 unit.

“Tahun ini produksi didominasi oleh segmen pertambangan dan sedikit kenaikan dari konstruksi, sedangkan sektor agribisnis dan forestry stabil,” ujar dia, Selasa (12/10).

Hinabi belum membeberkan data realisasi produksi alat berat per kuartal III-2021. Sedangkan pada semester I-2021, produksi alat berat nasional tercatat sebanyak 2.850 unit.

Baca Juga: Tersulut harga batubara, ini saham pertambangan yang memanas sejak awal tahun

Meski tren permintaan alat berat sedang meningkat, para pelaku usaha alat berat tetap perlu mencermati sejumlah tantangan. Dimulai dari isu kelangkaan logistik yang mempengaruhi ketersediaan bahan material produksi alat berat, hingga faktor sumber daya manusia yang turut dipengaruhi oleh perkembangan pandemi Covid-19.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk (UNTR) Sara K. Loebis mengatakan, pihaknya masih optimistis bahwa target penjualan alat berat merek Komatsu dapat mencapai 3.000 unit hingga akhir tahun nanti. “Makanya, komunikasi intensif dengan prinsipal dan pelanggan terus kami lakukan untuk memastikan pelayanan tetap prima,” imbuh dia, Selasa (12/10).

Per Agustus 2021, penjualan alat berat Komatsu milik UNTR tercatat sebanyak 1.890 unit atau tumbuh 81,20% (yoy). Sektor pertambangan (mining) berkontribusi paling besar terhadap penjualan alat berat UNTR yakni dengan porsi 48%. Kemudian diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 27%, sektor forestry sebesar 15%, dan sektor agro sebesar 10%.

Sara menilai, adanya peningkatan kebutuhan alat berat dari sektor pertambangan sudah masuk dalam estimasi UNTR di tahun ini. Alhasil, UNTR tergolong siap dalam menyediakan suplai alat berat untuk sektor tersebut.

 

Desman Parulian Tambunan, Product Manager PT Trakindo Utama menyebut, sebelum harga sejumlah komoditas tambang naik, penjualan alat berat Trakindo merek Catepillar sebenarnya tetap berada dalam tren yang positif. Tren peningkatan permintaan alat berat berkat adanya kenaikan harga komoditas diperkirakan akan terus berlanjut, bahkan hingga tahun depan.

“Untuk proyeksi penjualan di tahun depan, kami estimasi-kan 20% lebih,” tutur Desman, hari ini (12/10).

Pihak Trakindo sendiri mengaku tidak terpengaruh oleh isu kelangkaan pasokan logistik yang berdampak pada pemenuhan material bahan baku produksi. Pasalnya, Trakindo sudah mempersiapkan stok komponen dan suku cadang alat berat untuk beberapa periode waktu yang disesuaikan oleh kebutuhan pelanggan.

Dengan begitu, para pelanggan Trakindo bisa memperoleh produk alat berat yang dipesannya secara tepat waktu, sehingga berdampak pada kelangsungan bisnis yang lebih efisien.

Selanjutnya: Transkon Jaya (TRJA) masih agresif bidik kontrak baru di sisa tahun 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×