kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kereta Cepat Whoosh Masih Kesulitan Capat Target Penumpang, Apa Masalahnya?


Senin, 05 Februari 2024 / 04:53 WIB
Kereta Cepat Whoosh Masih Kesulitan Capat Target Penumpang, Apa Masalahnya?
ILUSTRASI. KCIC mengklaim tingkat okupansi Whoosh masih di atas 50 persen yaitu sekitar 60-70 persen di hari kerja.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau juga dikenal dengan Kereta Cepat Whoosh resmi beroperasi sejak Oktober 2023. Namun, hingga kini, Kereta Cepat Whoosh masih kesulitan mencapai target penumpang. 

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sendiri menargetkan jumlah penumpang Whoosh bisa tembus 30 ribu penumpang per hari. Namun sampai saat ini, secara rata-rata angkanya masih jauh di bawah target. 

KCIC mengklaim tingkat okupansi Whoosh masih di atas 50 persen yaitu sekitar 60-70 persen di hari kerja. Meski diakui jumlah itu masih belum mencapai target yang diharapkan. 

Djoko Setijowarno, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), mengungkapkan ada beberapa alasan Kereta Cepat Whoosh masih kesulitan menarik penumpang meski pada tahap awal tarif tiketnya sudah didiskon cukup signifikan. 

"Pertama feeder di Bandung harus dibagusin dulu. Angkutan umum yang bagus (yang jadi feeder) harus dibuatkan dulu. Bagaimana mau bagus, ini saja belum diseriusin," terang Djoko via sambungan telepon, Minggu (4/2/2024). 

Menurut dia, angkutan feeder atau pengumpan yang terintegrasi dengan Kereta Cepat Whoosh sangat vital untuk menarik calon penumpang. 

"Coba lihat angkutan umum Trans Pasundan, sudah bagus belum? Di dalam kota macet parah. Mau ke Tegalluar ke (tengah) kota sulit. (Penumpang turun) di Padalarang juga begitu, jangan begitu turun dari stasiun disarankan naik angkot yang belum bagus," ujar Djoko yang juga dosen Unika Soegijapranata ini. 

Baca Juga: Luhut: Kereta Cepat Dulu Dikritik, Sekarang Semua Menikmati

Pesaing sengit Whoosh 

Selain masalah integrasi angkutan umum yang belum maksimal, faktor lain yang membuat Kereta Cepat Whoosh sulit mencapai target penumpang harian adalah sengitnya kompetisi dengan moda transportasi lainnya. 

Djoko menyebut, meskipun saat ini frekuensi perjalanan KA Argo Parahyangan sudah berkurang drastis, tak lantas bisa membuat Kereta Cepat Whoosh diuntungkan secara langsung. 

Ini karena pesaing paling sengit Kereta Cepat Whoosh sejatinya adalah jalan tol (kendaraan pribadi) dan angkutan travel yang menawarkan keunggulan tarif lebih murah dan tujuan yang lebih dekat, terutama di kawasan dalam Kota Bandung. 

"Tak hanya Gopar (Argo Parahyangan) saja yang sekarang (sebagian keretanya) dipakai untuk perpanjangan sampai Banjar (KA Pangandaran) dan Garut (KA Papandayan), tapi juga bersaing dengan travel dan jalan tol," ucap Djoko. 

Baca Juga: Isu Sepi Penumpang, KCIC: Okupansi Whoosh Stabil di Atas 60%

Dia menambahkan, "Travel Jakarta-Bandung ini banyak sekali, banyak sekali yang sampai pusat kota, dan banyak perusahaan travel ini setiap 1 jam pasti ada (yang berangkat dari Jakarta ke Bandung). Terlebih travel juga beroperasi 24 jam," kata dia lagi. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×