kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,20   -15,29   -1.66%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kibarkan bendera putih, Menteri ESDM Jonan pesimistis bauran EBT 25% bisa tercapai


Kamis, 15 November 2018 / 20:13 WIB
Kibarkan bendera putih, Menteri ESDM Jonan pesimistis bauran EBT 25% bisa tercapai
ILUSTRASI. Menteri ESDM Ignasius Jonan


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Mineral (ESDM) mengibarkan bendera putih dalam mengejar  target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 25% pada tahun 2025.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan pesimis target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dalam energi nasional bisa tercapai.

Pasalnya, dengan merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN), porsi bauran EBT ditargetkan sebesar 23% pada tahun 2025.

Tapi, hingga kini, Jonan mengatakan bahwa porsi bauran EBT baru mencapai 12,32%. Meski masih ada waktu sekitar tujuh tahun, namun Jonan memperkirakan realisasi dari target tersebut akan turun dikisaran 20%. "Saya khawatir belum tentu 23% bauran energi di 2025, mungkin kita coba sampai 20% kurang lebih," katanya di Jakarta, Kamis (15/11).

Jonan menjelaskan, ada sejumlah alasan mengapa target bauran tersebut diproyeksikan akan mengalami penurunan. Yakni soal permintaan dan pasokan, serta investasi untuk sub sektor ini.

Jonan mencontohkan, di sektor transportasi, penggunaan bioetanol masih belum optimal yang disebabkan oleh kurangnya pasokan bahan baku seperti tebu, gula, dan singkong. Lagipula luasan lahan dan besaran produksinya masih kalah saing dengan konsumsi manusia atau pun ternak.

“Memang skala kecil bisa (terealisasi), tapi coba skala nasional? Harapannya industri perkebunan bisa mengoptimalkan produksi agar bisa dikonversi jadi etanol,” ujarnya.

Namun, Jonan menyebut bahwa pihaknya tetap akan mengejar target bauran tersebut. Sejumlah upaya pun dilakukan, antara lain dengan meningkatkan porsi EBT di sektor transportasi yang baru mencapai 12-13% yang terbantu dengan mandatori biodiesel 20% alias B20.

Begitu pun di sektor ketenagalistrikan yang saat ini baru mencapai 13%. Adapun, untuk mendorong EBT di sektor ini, pemerintah mengandalkan pengembangan pembangkit tenaga panas bumi, tenaga air, tenaga bayu dan juga tenaga surya.

Untuk menggenjot bauran energi listrik dari tenaga surya, Jonan pun menyebut pihaknya akan segera menebitkan peraturan penggunaan dan jual beli listrik yang dihasilkan dari panel surya. Peraturan Menteri ESDM mengenai penggunaan panel surya di atap-atap rumah dan gedung (solar PV rooftop) itu pun rencananya akan terbit paling cepat pada minggu ini “Ini mau dikeluarkan (aturan untuk pemasangan Solar PV), minggu ini lah,” ujarnya.

Jonan mengaku, penggunaan panel surya ini memang masih minim. “Memang terus terang masih kurang. Ini mau dikeluarkan peraturan untuk pasang (solar PV), jadi nanti bisa ekspor-impor ke dan dari PLN, tapi yang fair aja” imbuhnya.

Sementara itu, menurut Vice President Perencanaan Sistem PLN  Suroso Isnandar, jumlah pelanggan PLN yang sudah menggunakan atap surya memang belum banyak. Yakni ada di kisaran 1.000 pelanggan. Suroso menilai, biaya pemasangan yang masih mahal menjadi alasan mengapa penggunaannya belum berkembang. “Karena masih mahal, untuk 1.000 watt, investasinya itu bisa Rp. 25 juta,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×