kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konstruksi kereta semicepat Jakarta-Surabaya paling cepat akhir 2023


Senin, 16 September 2019 / 20:46 WIB
Konstruksi kereta semicepat Jakarta-Surabaya paling cepat akhir 2023
ILUSTRASI. Kereta Api


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut pembangunan kereta semicepat Jakarta-Surabaya akan dimulai paling cepat  pada akhir 2023.

Dirjen Perkeretaapian Zulfikri mengatakan, sampai sekarang masih dilakukan feasibility study (FS) terkait proyek ini. FS ini ditargetkan akan selesai ada pertengahan tahun atau akhir 2020. Setelah FS selesai dijalankan, akan dibuat pula basic design bersamaan dengan pembebasan lahan.

Pekan depan, Zulfikri mengatakan pihaknya akan segera meneken MoU dengan Japan International Cooperation Agency (JICA).

Baca Juga: Luhut: Proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya akan digarap investor Jepang

"MoU ini dalam rangka kesepakatan teknis untuk menyelesaikan FS. Sehingga konsultan bekerja dengan kepastian di dalam kesepakatan ini," tutur Zulfikri, Senin (16/9).

Zulfikri menuturkan, beberapa poin yang dibahas dalam MoU ini berkaitan dengan hal-hal teknis seperti penambahan jalur eksisting, pembagian konten lokal, kebijakan terkait penutupan perlintasan sebidang hingga skema pembiayaan.

Lebih lanjut Zulfikri mengatakan pihaknya belum bisa memperkirakan berapa besar nilai investasi proyek pembangunan kereta semi cepat Jakarta-Surabaya. "Belum (Ditetapkan). FS dulu, strukturnya seperti apa, baru biaya yang diperlukan," ujar Zulfikri.

Nantinya, kereja semicepat Jakarta-Surabaya ini akan memiliki waktu tempuh selama 5,5 jam dengan kecepatan 160 km per jam.

Baca Juga: Perlintasan sebidang kereta semi cepat Jakarta-Surabaya bisa sedot Rp 40 triliun

Menurut Zulfikri, waktu temput 5,5 jam tersebut sudah cukup signifikan untuk mendorong masyarakat berpindah dari transportasi udara dan jalan ke kereta api.

Mengingat kecepatannya yang mencapai 160 km per jam, Zulfikri mengatakan diperlukan penambahan jalur di beberapa titik.

"Prinsipnya itu memaksimalkan jalur yang ada, lahan sekarang. Tetapi karena kecepatannya 160 km per jam, lengkungnya tidak boleh tajam seperti sekarang. Jadi beberapa tempat keluar dari jalur yang ada sekarang. Dengan jalur sekarang tidak mungkin  bisa 160 km per jam,' tambah Zulfikri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×