kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Konsumen Indonesia Lebih Berhati-hati Berbelanja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi


Jumat, 18 Oktober 2024 / 15:00 WIB
Konsumen Indonesia Lebih Berhati-hati Berbelanja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Dena Firmayuansyah, FMCG Commercial Leader NIQ Indonesia.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. NielsenIQ (NIQ), perusahaan consumer intelligence, merilis laporan terbaru berjudul yang mengungkap tren perilaku konsumen di Indonesia. Dalam laporan ini menunjukkan bahwa meskipun konsumen Indonesia masih termasuk yang paling optimistis di dunia, kepercayaan diri mereka dalam berbelanja menurun dibandingkan sebelumnya. Konsumen semakin berhati-hati, terutama akibat kekhawatiran terhadap kenaikan harga dan pelemahan ekonomi global.

Menurut laporan tersebut, 83% konsumen Indonesia secara aktif mencari pendapatan tambahan, sementara 23% mengakui harus menambah utang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup mereka.

Di sisi lain, meski menghadapi kenaikan harga, konsumen tetap berbelanja, namun dengan perilaku yang lebih selektif dan eksperimental terhadap pilihan merek. Sebanyak 51% konsumen bahkan menyatakan akan memanfaatkan teknologi AI untuk mempercepat pengambilan keputusan saat berbelanja.

NIQ juga menyoroti bahwa meskipun PDB Indonesia diperkirakan tumbuh hingga 5,2% pada 2025, ketidakpastian ekonomi global masih membebani konsumen. Kenaikan harga pangan, penurunan ekonomi, serta cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menjadi perhatian utama, sehingga konsumen lebih cermat dalam mengelola pengeluaran mereka.

Baca Juga: Turunnya Daya Beli Masyarakat Berdampak pada Bisnis Asuransi Kredit, Begini Solusinya

Perubahan perilaku belanja terlihat dari meningkatnya penggunaan teknologi dan preferensi terhadap pengalaman belanja yang lebih baik. Untuk produk teknologi seperti smartphone dan perangkat elektronik, 71% konsumen bersedia membayar lebih untuk kualitas yang lebih tahan lama. Di sektor fast moving consumer goods (FMCG), konsumen lebih eksperimental, dengan 50,1% di antaranya mencoba lebih banyak kategori produk untuk makanan ringan dan kecantikan.

Namun, walau semakin banyak pilihan produk dan diskon, konsumen menjadi lebih selektif. Mereka cenderung mengganti beberapa merek demi menjaga keranjang belanja tetap terkendali.

Dena Firmayuansyah, FMCG Commercial Leader NIQ Indonesia, menekankan pentingnya pemantauan perilaku belanja konsumen di tengah ketidakpastian ekonomi. “Pengeluaran mungkin tetap berlanjut, namun konsumen bisa menjadi lebih ragu-ragu dalam membuat komitmen keuangan jangka panjang,” katanya dalam diskusi media, Kamis (17/10).

Strategi yang efektif mencakup penawaran produk yang terjangkau namun bernilai, penggunaan teknologi untuk personalisasi, serta menyediakan produk premium yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. "Di tengah lanskap yang semakin kompetitif menuju 2025, industri diharapkan dapat menyeimbangkan antara harga yang terjangkau dan kualitas, sambil tetap memanfaatkan teknologi untuk menjangkau konsumen yang semakin digital-savvy," pungkasnya.

Baca Juga: Menambal APBN dengan Pajak Orang Kaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×