Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai turunnya konsumsi listrik turut mempengaruhi serapan batubara domestik khususnya di kuartal II 2020.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia menjelaskan secara umum serapan domestik di paruh pertama tahun ini cukup terimbas dampak pandemi Covid-19. "Memang rendah khususnya kuartal II setelah penerapan kebijakan PSBB," ungkap Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (22/7).
Hendra menambahkan, APBI memproyeksikan serapan batubara domestik tahun ini bisa mencapai 120 juta ton atau lebih rendah dari target Domestic Market Obligation (DMO) yang ditetapkan Kementerian ESDM sebanyak 155 juta ton. Ia pun memastikan penurunan paling dalam memang bersumber dari sektor kelistrikan.
Baca Juga: Penerimaan negara harus meningkat dari perpanjangan PKP2B dan IUPK
Sementara itu, PT Adaro Energy Tbk mengamini rendahnya serapan batubara oleh pembangkit milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Pasokan Adaro ke PLN di Semester I ini mengalami penurunan, utamanya disebabkan berkurangnya kebutuhan batubara PLTU/IPP yg kita supply akibat penurunan demand listrik dari PLN," ungkap Direktur Pemasaran ADRO Hendri Tan kepada Kontan.co.id, Rabu (22/7).
Hendri menambahkan, hingga akhir tahun nanti pihaknya memproyeksikan penurunan mencapai 5% hingga 8% secara total. Kendati demikian, pihaknya memastikan belum akan melakukan revisi kontrak pasalnya penurunan tersebut masih dalam taraf toleransi kuantitas dalam kontrak.
Disisi lain, Hendri memastikan memasuki kuartal III tahun ini serapan batubara untuk pembangkit PLN mulai meningkat ketimbang kuartal II lalu. Hal ini dinilai sejalan dengan membaiknya demand listrik PLN.
Adapun, Hendra menjelaskan pihaknya telah menyampaikan kondisi penurunan serapan domestik ke pemerintah. Penurunan serapan domestik ini dinilai juga bakal berdampak pada target DMO tahun ini. "Sudah kita sampaikan, dan harapannya agar ada rekonsiliasi DMO dan ketentuan denda tidak diberlakukan," terang Hendra.
Hendra pun memastikan, dengan pulihnya ekonomi di sisa tahun ini maka peningkatan serapan domestik mungkin terjadi. Kendati demikian, penurunan serapan secara keseluruhan dalam tahun ini rasanya sulit untuk dihindari. Adapun, Sinyal pemulihan ekonomi mulai nampak. Ini yang nampak dari paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam paparan APBN Kita secara live, Senin (20/7).
Baca Juga: Izin tambang sempat diperpanjang lalu dicabut lagi, begini nasib tambang Tanito Harum
Kenaikan konsumsi listrik oleh industri menjadi tanda mulai ada geliat ekonomi. “Konsumsi listrik meningkat 5,4 persen pada Juni lalu. Jadi ada tanda turn around atau berbalik arah ekonomi kita,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani. Jika bulan Mei, konsumsi listrik minus 10,7% maka pada bulan Juni ada kenaikan 5,4%.
Lebih rinci, Menkeu menyebut, konsumsi listrik untuk kebutuhan sosial tumbuh 3,7%, konsumsi listrik rumah tangga naik 12,7%, dan konsumsi listrik untuk industri naik 3,7%. Meski begiti, konsumsi listrik untuk keperluan bisnis masih minus 10,5 persen. "Listrik industri dari negatif sudah naik. Jadi secara total, konsumsi listrik yang tadinya minus sekarang sudah di zona positif 5,4 persen," imbuhnya.
Dari porsinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan sosial menyumbang 3,5% dari total konsumsi, konsumsi listrik rumah tangga berkontribusi 42,3%, konsumsi listrik untuk industri menyumbang 31,7%, dan konsumsi listrik untuk keperluan bisnis menyumbang 18,4%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News