Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mencatat laba sebesar US$ 2,05 miliar atau sekitar Rp 34,07 triliun (kurs Rp 16.622 per US$) hingga September 2025.
Capaian tersebut ditopang optimalisasi operasional, efisiensi biaya, dan kinerja kuat di seluruh lini bisnis.
Dalam agenda Earnings Call 3Q25, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menyampaikan perseroan meraih pendapatan US$ 53,38 miliar dengan EBITDA US$ 8,20 miliar.
“Program cost optimization sepanjang tahun mencatatkan efisiensi dan tambahan pendapatan senilai US$ 624 juta,” ujar Emma dalam keterangan resmi, Selasa (25/11/2025).
Baca Juga: Kuota LPG 3 Kg Naik 370.000 Ton, Anggaran Subsidi Tetap
Fundamental Keuangan Tetap Kuat
Emma menegaskan solidnya kinerja keuangan menjaga kesehatan permodalan dan arus kas Pertamina. Rasio kredit tetap berada di level investment grade dengan outlook stabil dari Moody’s, S&P, dan Fitch.
Indikator utama seperti leverage, kapasitas pembayaran utang, serta likuiditas juga berada dalam tingkat aman di tengah dinamika industri energi global.
Emma menambahkan, disiplin investasi dan penguatan tata kelola turut menopang performa perseroan. Ia menyebut pengawasan pemegang saham termasuk Danantara memberikan fondasi lebih kuat dalam pengelolaan modal Pertamina.
Baca Juga: Anak Usaha Indofood (INDF) Bogasari Optimistis Jaga Permintaan Tepung Terigu
Dukungan Pemerintah Lewat Penyelesaian Kompensasi BBM
Pertamina juga mendapat dukungan dari pemerintah melalui percepatan pembayaran kompensasi selisih harga BBM.
Seluruh kompensasi tahun 2024 telah dilunasi hingga Juni 2025, sementara pembayaran kompensasi 2025 mulai berjalan.
“Pada Oktober 2025, Pertamina menerima pembayaran kompensasi untuk Kuartal I 2025. Kami mengapresiasi dukungan Kementerian Keuangan, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, serta Danantara,” kata Emma.
Pemerintah sebelumnya menerbitkan PMK No. 73/2025 yang memungkinkan pembayaran kompensasi dilakukan setiap bulan dan memberikan fleksibilitas dalam valuta asing.
“Kebijakan ini akan memperkuat likuiditas kami ke depan, dengan tetap mempertimbangkan ketersediaan fiskal negara,” lanjutnya.
Baca Juga: Kenaikan UMP 2026: Apindo Tekankan Alfa Proporsional
Arah Transformasi: Integrasi Bisnis Hilir
Di sisi lain, Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis Pertamina Agung Wicaksono memaparkan perkembangan integrasi bisnis hilir.
Integrasi Subholding Commercial & Trading, Refinery & Petrochemical, serta Integrated Marine Logistics diharapkan: meningkatkan efisiensi end-to-end, mempercepat pengambilan keputusan, memperkuat daya saing, serta mengokohkan rantai pasok energi nasional.
Proses integrasi dilakukan bertahap dan masih menunggu persetujuan pemangku kepentingan.
“Kami yakin integrasi ini juga akan memperkokoh rantai pasok energi nasional,” tegasAgung.
Selanjutnya: Kuota LPG 3 Kg Naik 370.000 Ton, Anggaran Subsidi Tetap
Menarik Dibaca: ASUS ROG Phone 8 Pro HP Gaming yang Kenalkan 341 AniMe Vision MiniLED!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













