kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Lahan surplus, pengembang memburu Bekasi


Senin, 09 Maret 2015 / 21:42 WIB
Lahan surplus, pengembang memburu Bekasi
ILUSTRASI. 5 Cara Menghilangkan Komedo pada Kulit Wajah Pria.


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

BEKASI. Seiring keterbatasan dan tingginya harga lahan di Jakarta, mendongkrak pertumbuhan pembangunan apartemen dan rumah tapak di Bekasi. Lahan di kawasan ini masih melimpah ruah di satu sisi, sementara di sisi lain kebutuhan yang terus menguat tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai.

Alhasil, Bekasi pun semakin diburu banyak investor dan pengembang. Aktivitas agresif investor dan pengembang tersebut memantik harga terus merangkak naik 20% hingga 30% di kawasan tertentu. Namun begitu, toh, Bekasi masih dianggap sebagai daerah matahari terbit atau sunrise. 

"Pasar properti jenuh itu tergantung pergolakan ekonomi makro. Selama lahan belum habis, tidak akan jenuh," ujar Member broker Century 21, Anthony Hoo kepada Kompas.com, Senin (9/3). 

Selain lahan yang terbatas, menurut Anthony, satu lokasi dikatakan jenuh saat salah satu pengembang memainkan harga yang terlalu tinggi. Mereka mencari untung dengan menaikkan harga, tanpa melihat pasar. Mau tidak mau, pengembang harus memulihkan harga jika ingin produknya laku. 

"Namanya masa stagnasi, artinya seharusnya harga tidak segitu. Maka akan balik lagi," jelas Anthony. 

Dia melanjutkan, daerah sunrise ditandai dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Di Bekasi perkembangan dan pertumbuhannya sangat signifikan. Empat tahun yang lalu, kondisi Bekasi tidak seramai saat ini. Selain karena populasi bertambah, banyak juga para pendatang yang menyesaki Bekasi.

"Bekasi itu lahan investasi. Semua orang dari segala penjuru datang. Di mana ada gula di situ ada semut," kata Anthony. 

Dia menyebutkan, para pembeli atau investor properti kebanyakan berasal dari Kelapa Gading, dan Sunter, Jakarta Utara, dan beberapa wilayah lain di Jakarta Selatan. Mereka membeli properti untuk ditinggali dan juga disewakan.

Selain investor, pengembang juga semakin agresif membangun dan menjadikan Bekasi sebagai wilayah investasi dengan konstribusi penjualan tinggi. Sebut saja PT Summarecon Agung Tbk yang mampu mendulang penjualan Rp 1 triliun saat memasarkan The Spring Lake Summarecon Bekasi. Demikian halnya dengan PT Lippo Cikarang Tbk yang sukses meraup penjualan masing-masing Rp 800 miliar untuk dua menara di Orange County. (Arimbi Ramadhiani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×