Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Sebagai negara yang luas dan jumlah penduduk yang besar, permasalahan sampah harus disesuaikan dengan tantangan di setiap daerah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah setiap tahunnya. Setengahnya merupakan sampah organik rumah tangga dan sekitar 20% lainnya adalah sampah plastik.
Baca Juga: Le Minerale dukung vaksinasi drive thru para Lansia dan mitra pengemudi Gojek
Dengan jumlah sampah plastik tersebut, Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) melihat Indonesia punya potensi bahan baku untuk pengelolaan limbah plastik. Christine Halim, Ketua Umum ADUPI, menilai daur ulang limbah plastik adalah salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular.
"Di dunia saat ini plastik jenis PET yang memiliki demand yang tinggi di industri daur ulang. Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi pemerintah mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi," kata Christine
PET adalah jenis plastik yang banyak digunakan sebagai bahan baku produk plastik, seperti kemasan botol dan galon air minum karena sifatnya yang unggul, di antaranya berwarna jernih, ringan, mudah dibentuk, tidak mudah pecah.
Kemasan plastik yang berbasis PET juga lebih higienis dan aman digunakan, serta mudah didaur ulang, dan bernilai ekonomis relatif tinggi.
"Kami melihat di China pengelolaan limbah plastik bisa menjadi bahan dasar seperti untuk pembangunan jalan tol. Kami harapkan ini bisa juga diadopsi di Indonesia nantinya," jelasnya.
Ronald menambahkan, Le Minerale memahami bahwa pengolahan sampah khususnya dalam hal daur ulang juga erat kaitannya dengan menjaga keseimbangan antara lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News